indah.hati

Senin, 10 Desember 2012

Bukti Kebenaran Al-Quran Bulan Pernah Terbelah Dua


 - Atas peristiwa ini ALLAH menurunkan ayat Al Qur'an: " Telah dekat saat itu dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah sihir." (QS Al Qomar 54:1-2)

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah SAW membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah Munawarah.

Orang2 musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek dan meng-olok2)?"

Rasulullah SAW bertanya, "Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Coba belah bulan..." Rasulullah SAW pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan.

Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan se-benar2-nya. Serta-merta orang2 musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar2 telah menyihir kami!"

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2 yang akan pulang dari perjalanan.

                                                 Foto Bulan Terbelah
Bukti Kebenaran Al-Quran Bulan Pernah Terbelah Dua | Foto Bulan Terbelah

Orang2 Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?" Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu kembali..."

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2 kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap... (sampai akhir surat Al-Qamar).

Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy

Inggris. Wahai Tuan, bolehkah aku menambahkan?" Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab:"Dipersilahkan dengan senang hati."

Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama2 (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna2 Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah.

Dan ketika aku mem-buka2 terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah..."

Aku bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu? Maka, aku pun berhenti membaca ayat2 selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan se-hari2. Akan tetapi Allah maha tahu tentang tingkat keikhlasam hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.

Suatu hari aku duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi antara seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut bercerita tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan.

Presenter berkata, "Andaikan dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak gunanya." Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, "Proyek antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik pada segi kedokteran, industri ataupun pertanian. Jadi pendanaan tersebut bukanlah hal yang sia2, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia."

Dalam diskusi tersebut dibahas tentang turunnya astronot hingga menjejakkan kakinya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan

tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana yang begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?

" Mereka pun menjawab, "Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun."

Mendengar hal itu, presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai hingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, "Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali!

Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batu2-an yang terpisah (katrena) terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Kami meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali!"

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, 'Mukjizat (kehebatan) benar2 telah terjadi pada diri Muhammad shallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu.

Allah benar2 telah meng-olok2 AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, hingga 100 juta dollar, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin! Agama Islam ini tidak mungkin salah... Lalu aku pun kembali membuka Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar.... Dan saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam."

Penemuan ini baru didapatkan setelah adanya tekhnologi yang mutakhir di abad 20 . Inilah salah satu bukti bahwa Qur'an ialah mukjizat terbesar & SEPANJANG MASA, karena ayat-ayatnya baru dapat dibuktikan oleh ilmu & tekhnologi terakhir. Bahkan masih banyak lagi ayat-ayat yang belum dapat dibuktikan oleh ilmu & tekhnologi. Bukti kuat bahwa Qur'an bukan buatan Rasulullah Muhammad SAW tapi berasal dari ALLAH, Tuhan Langit & Bumi yang Maha Mengetahui ciptaan-NYA.

Sabtu, 08 Desember 2012

Menghargai Kehidupan


Oleh: Ustaz Toto Tasmara

Ibadah ritual (hablum minallah) belumlah cukup, sehingga harus dibuktikan lagi di tengah-tengah pergaulan dengan manusia (hablum minannas).

Kecintaan kepada Ilahi dinyatakannya dalam bentuk penuh manfaat yang bersulam kasih kemaafan. Hatinya akan terus-menerus diketuk sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Sehingga tampaklah akhlak keteladanan di manapun dia berada. Di jalanan, di perkantoran, di lorong-lorong sempit, bahkan di dalam rumah tangganya telah tegak disiplin untuk menghargai orang lain.

Di jalanan, dia tidak akan melanggar rambu-rambu lalu lintas. Sebab, pelanggaran berarti pengkhianatan terhadap Ilahi dan nilai kemanusiaan yang telah bersepakat menaati peraturan.

Begitu juga para pegawai Muslim akan menunjukkan akhlaknya yang mulia. Jangankan niat korupsi, untuk datang terlambat saja jiwanya bergetar karena takut dikategorikan sebagai orang munafik yang melanggar janji. Ini semua sebagai bentuk nyata dari aplikasi ritual dalam bentuk akhlak pergaulan di dalam masyarakat.

Saya menyaksikan, betapa di negara yang penduduknya mayoritas non-Muslim, bisa menjadi surga bagi penyandang cacat. Bila di bandara ada orang yang memakai kursi roda (wheelchair), mereka diberikan prioritas dalam segala hal.

Mereka diberi jalan dan lift khusus. Di tempat parkir, mereka diberi ruangan khusus untuk para penyandang cacat. Mereka sangat dihargai dan dimanusiakan.

“Orang yang berbelas kasih pasti dikasihi yang Mahapengasih. Berbelas kasihlah kepada penghuni di bumi, niscaya para penghuni langit akan berbelas kasih kepadamu sekalian.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

Diriwayatkan, ada seseorang yang masuk neraka karena membiarkan kucingnya dikurung sehingga mati kelaparan. Ini tentu sama dengan nyawa manusia. Karena itu, setiap Muslim mengemban tugas menggiatkan kehidupan dan bukan merusak.

“Barang siapa membunuh satu nyawa yang tak berdosa sama dengan membunuh manusia seluruhnya. Sebaliknya, bila kita menghidupkan satu nyawa manusia sama dengan menghidupkan nyawa manusia seluruhnya.” (QS. Al-Maidah [5]: 32).

Itulah salah satu tugas seorang Muslim. Terdapat riwayat, Allah memerintahkan malaikat untuk memasukkan seseorang ke surga, karena ia memberi minum seekor anjing yang kehausan. Jika membantu hewan mendapat balasan surga, apalagi menolong sesama.

Perusahaan yang terus menghidupkan usahanya untuk memberi lapangan kerja. Mereka itu sama dengan menghidupkan manusia seluruhnya. Kehadiran dan keberadaannya, laksana pelita yang menerangi jalan untuk mereka yang tersesat.

"Tidaklah seseorang itu disebut beriman sehingga ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Dalam kesempatan lain, Rasulullah bersabda, "Yang disebut Muslim itu adalah mereka yang menyebabkan orang selamat dari lidah dan tangannya.” Wallahu a'lam.

Redaktur: Chairul Akhmad

Cara Meningkatkan IQ Bayi


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatkan IQ atau kecerdasan anak menurut para ahli kesehatan bisa dimulai sejak masih di dalam kandungan.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan intelegensia anak seperti dikutip dari Parents Indonesia:

Berbicara dengan bayi

Bayi yang sedang berkembang di rahim bisa mendengar suara yang terjadi di luar rahim setelah usia 23 minggu. Bayi dalam kandungan memiliki kemampuan mendengar yang terbatas, tapi dia dapat membedakan suara ibunya.

Pakar kesehatan dari NYU Brain Research Laboratories sepakat bahwa memerdengarkan musik yang menenangkan atau membaca puisi kepada bayi saat masih berada rahim dapat meningkatkan kemampuan menulis, membaca, dan bahasa si anak saat sudah lahir.

Makan dengan benar

Memilih makan yang tepat dan sehat tidak hanya akan menguntungkan ibu hamil tetapi juga memiliki dampak positif pada perkembangan bayi. Makanan yang mengandung lemak omega-3 (nabati) dan turunannya (DHA) bisa meningkatkan perkembangan otak bayi.

Ikan berlemak seperti tuna, salmon, dan ikan haring, minyak ikan dan hati mengandung omega-3 yang tinggi. Sedangkan unggas dan kuning telur dianjurkan untuk dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan DHA. Makanan tinggi asam folat, seperti jeruk, brokoli, hati, sayuran berdaun hijau dan kacang-kacangan bisa menghilangkan risiko cacat saraf otak dan tulang belakang.
Merangsang bayi

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Child &  Adolescent Psychology menyatakan bahwa cahaya redup bisa merangsang bayi saat dipegang dekat perut ibu. Jangan pernah meyorotkan cahaya terang langsung ke perut karena dapat membahayakan mata bayi.

Anda akan merasakan reaksi bayi terhadap cahaya saat bayi terjaga dan bergerak (menendang) di dalam rahim. Menyentuh perut adalah cara lain untuk merangsang si kecil di dalam rahim. Ketika ibu hamil membelai perut mereka, bayi diliputi oleh rasa perlindungan.

Hindari stres

Stres dapat berdampak negatif pada perkembangan bayi. Jika Anda stres dan cemas, ada kemungkinan Anda akan membuat bayi cemas juga karena Anda berbagi hormon dengan si bayi. Untuk menghindari stres ikuti latihan relaksasi atau yoga hamil.

Hentikan kebiasaan buruk

Berhenti merokok, minum atau mengonsumsi obat-obatan karena itu dapat menghambat perkembangan otak bayi, menurut sebuah studi yang dilakukan di Moffitt Cancer Center, Amerika Serikat.

Jumat, 07 Desember 2012

YUSUF DAN ZULAIHA


Dari kisah Yusuf dan Zulaiha kita belajar bagian keindahan mana yang berperan dalam dunia cinta. Yusuf adalah putera bungsu Yakub, seorang nabi yang dikaruniai kemampuan melihat masa mendatang sebagaimana beberapa pendahulunya. Ia dimasukkan ke dalam sumur oleh kakaknya yang iri atas ketampanan dan pengaruhnya terhadap ayah dan setiap orang yang dijumpainya.
"Bukan hanya cinta itu sendiri, tetapi keindahan juga menuntut pengorbanan."
Beberapa pedagang yang lewat di situ melihat Yusuf di dalam sumur ketika mereka menimba air, menaikkannya dan menjualnya sebagai budak kepada gubernur Mesir, yang karena tertarik oleh ketampanannya, menjadikannya pembantu pribadi.
Zulaiha, isteri gubernur itu, makin lama makin tertarik oleh ketampanan pemuda itu. Ia berbicara kepadanya, bermain dengannya, mengaguminya, dan di matanya ia mengangkatnya dari budak menjadi seorang raja. Orang yang dikaruniai keindahan selalu menjadi raja, meskipun mereka berpakaian compang-camping atau dijual sebagai budak. "Raja sejati selalu menjadi raja, dengan
atau tanpa singgasana."
Teman-teman dan kenalan Zulaiha mulai menyebarkan desas-desus bahwa ia jatuh cinta pada Yusuf, dan karena manusia secara alami tertarik oleh kesalahan orang lain, hal ini pada akhirnya menempatkan Zulaiha pada posisi yang sulit.
Suatu ketika Zulaiha mengundang teman-teman dan kenalannya, menaruh sebutir jeruk dan sebilah pisau di tangan tiap tamunya, dan meminta mereka untuk mengiris jeruk ketika ia member isyarat. Kemudian ia memanggil Yusuf. Ketika Yusuf datang ia meminta mereka untuk mengiris jeruk, tetapi mata mereka begitu tertarik oleh penampilan Yusuf, hingga mereka bukan memotong jeruk, melainkan mengiris jari-jari mereka sendiri, dan dengan demikian menerakan cinta Yusuf ke atas tangan mereka. "Keindahan merampas kesadaran akan diri dari pecintanya."
Zulaiha, yang sepenuhnya terpikat oleh Yusuf, melupakan apakah cintanya kepada Yusuf salah atau benar. "Nalar jatuh ketika cinta bangkit." Mereka menjadi semakin akrab setiap hari hingga sebuah kutukan nafsu datang dan memisahkan mereka. Ketika bayangan nafsu jatuh pada jiwa Yusuf, Zulaiha kebetulan berpikir menutupi wajah pujaannya yang berada di kamarnya. Hal ini mengejutkan Yusuf sehingga ia bertanya, "Apa yang anda lakukan?" Dijawab, "Aku menutupi wajah tuhanku yang memandang kita dengan mata penuh murka." Ini menyadarkan Yusuf.
 Ia melihat visi ayahnya menunjukkan jari ke arah langit. Yusuf berkata, "Hai Zulaiha, apa yang engkau masukkan ke dalam pikiranku! Mata tuhanmu dapat ditutupi dengan selembar kain, tetapi mata Tuhanku tak dapat ditutupi. Ia melihatku di mana pun aku berada." "I adalah orang yang mengingat Allah dalam kemarahan, dan takut kepada Allah dalam nafsu," kata Zafar.
Zulaiha, yang dibutakan oleh kegelapan yang pekat dari nafsunya, tidak tahan, dan ketika Yusuf masih menolak, nafsunya berubah menjadi murka. Ia membenci Yusuf, mengutuknya dan mengingatkannya bahwa kedudukannya adalah sebagai seorang budak yang rendah. Karena itu Yusuf pergi meninggalkan kamar, tetapi Zulaiha menarik pakaian di bagian belakang leher Yusuf hingga robek. Kebetulan, Gubernur memasuki kamar pada saat itu. Ia terkejut melihat pemandangan di depannya, di mana baik Zulaiha maupun Yusuf tak dapat bersembunyi. Sebelum Gubernur bertanya kepadanya, untuk menyembunyikan kesalahannya, Zulaiha berkata bahwa Yusuf telah berusaha menyentuhnya. Tentu saja hal ini membuat Gubernur marah, dan seketika ia memberi perintah agar Yusuf dipenjara seumur hidup. "Orang yang benar mendapat cobaan lebih banyak dalam hidup daripada orang yang tidak benar."
L O V E
Penjara lebih menyenangkan bagi Yusuf yang memegang kebenaran, yang menjaga agar lenteranya tetap menyala dalam kegelapan nafsu ketika menjalani jalur cinta.
Tak lama sebelum kutukan atas Zulaiha pudar, datanglah kesedihan yang dalam. Baginya tiada akhir bagi kesedihan dan penyesalannya. "Cinta mati dalam nafsu, dan lahir kembali dari nafsu."
Tahun demi tahun berlalu, dan kepedihan dalam hati Zulaiha telah menguras daging dan darahnya. Pada satu sisi karena cinta kepada Yusuf, pada sisi lain karena rasa bersalah yang tanpa akhir, dan pendapat bahwa kekasihnya telah dipenjara akibat ulahnya, hampir mengambil hidupnya.
Waktu mengubah segalanya, termakuk kehidupan Yusuf. Meskipun dipenjara, ia tak menyalahkan Zulaiha, dengan alasan cintanya. Setiap hari ia menjadi semakin dalam tenggelam dalam memikirkan Zulaiha , tetapi tetap berpegang pada pendiriannya, yang merupakan tanda orang suci. Ia dicintai dan disukai orang-orang dalam penjara, dan ia menafsirkan mimpi-mimpi mereka bila diminta. Kehadiran Yusuf membuat penjara menjadi surga bagi para narapidana. Tetapi setelah kematian suaminya, Zulaiha jatuh ke dalam kesedihan yang lebih dalam.
Setelah beberapa tahun, Raja (Fir'aun) bermimpi sesuatu yang sangat merisaukannya. Tak ada orang yang mampu menafsirkannya di antara para cerdik pandai. Kemudian ia diberi tahu pelayannya tentang Yusuf dan kemampuannya dalam menafsirkan mimpi. Maka Yusuf dipanggil, dan ia dapat menafsirkannya dengan arif. Dari nasihatnya yang arif, ia sangat banyak membebaskan beban pikiran sang Raja, dan Raja mengangkatnya menjadi kepala perbendaharaan kerajaan, serta memberinya kehormatan dan kekuasaan yang mengangkatnya di
mata dunia. "Sesungguhnya kebenaran pada akhirnya akan menang."
Kemudian kakak-kakaknya datang kepada Yusuf, dan disusul oleh ayahnya, Yakub, yang terbebas dari derita bertahun-tahun yang dialaminya akibat cintanya kepada Yusuf. "Upah dari cinta tak pernah gagal datang kepada pecinta."
Suatu ketika, Yusuf berkuda bersama pengawalnya, kebetulan melewati tempat di mana Zulaiha menghabiskan hidupnya dalam kesedihan. Ketika mendengar derap kaki kuda, banyak orang yang berlari untuk melihat rombongan yang lewat, dan semua berteriak, "Itu Yusuf, Yusuf!" mendengar teriakan itu, Zulaiha ingin melihat Yusuf sekali lagi. Ketika Yusuf melihatnya, ia tak mengenalinya lagi, tetapi ia berhenti karena beberapa wanita ingin berbicara dengannya.
 Ia terharu ketika melihat seorang wanita yang begitu sedih, dan bertanya kepadanya, "Apa yang anda inginkan dariku?"
Wanita itu menjawab, "Zulaiha masih memiliki hasrat yang sama, hai Yusuf, dan itu akan berlanjut di sini dan di akhirat. Aku menginginkan engkau, dan hanya engkau seorang yang kuinginkan."
Yusuf menjadi sangat yakin akan keteguhan cinta wanita itu, dan terharu oleh penderitannya, menciumnya di keningnya, menarik tangannya dan berdoa kepada Allah. Doa nabi itu dan daya cinta yang tiada henti, telah menarik berkah dari Allah, dan Zulaiha memperoleh kembali kemudaan dan kecantikannya. Yusuf berkata kepada Zulaiha, "Mulai hari ini engkau menjadi kekasihku." Mereka menikah dan hidup bahagia. "Sesungguhnya Allah mendengarkan dengan penuh perhatian tangisan setiap hati yang merintih."

Agar hidup mempunyai arti


Oleh Ratna Dewi Idrus
Penulis Buku Bahagianya Menjadi Istri
Pernahkah Sahabat merasakan perasaan sedih yang datang tiba-tiba? kurang bergairah atau bersemangat, hingga memuncak menjadi putus asa, ibarat hidup segan mati tak mau?…
Sungguh semua itu tak pernah kita kehendaki merasuki tubuh, dan sungguh kita telah mengerti bahwa kehidupan ini adalah anugerah terindah yang Allah berikan. Namun seakan nasihat itu bagai tetesan embun yang tak mampu menghilangkan dahaga jiwa kita. Jika coba untuk meneliti, banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kondisi seperti ini.
Itulah yang dinamakan saat lemahnya iman. Iman seseorang bisa naik dan bisa turun, sehingga cara untuk mengatasinya agar kondisi keimanan ini berada dalam kondisi pulih atau kembali membaik adalah; 1. Dengan menghadiri kajian ilmu.
Dengan menghadiri kajian ilmu, otomatis kita akan memperoleh ilmu. Di samping itu kita bisa mendapatkan ilmu dari buku dengan membaca, sebagaimana ayat pertama Allah menyuruh kita membaca agar kita menjadi orang yang berilmu.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (QS. Al Alaq, 96:1)
Perintah membaca itu diulangi-Nya kembali di ayat 3, suatu tanda bahwa umat Islam wajib mencari ilmu yakni ilmu tentang dunia dan akhirat.
Almarhum Buya HAMKA dalam tafsir Al Azharnya menyatakan, Kita diwajibkan untuk selalu mengasah budi dan melatih pikiran kita, supaya mendapat percikan dari ilmu Allah. Bertambahnya ilmu akan menambah kuatnya iman, dan iman yang kuat akan menambah baiknya dan tingginya mutu amalan. Karena itu dengan cahaya iman, kita mendapat pengetahuan tentang tingginya nilai hidup ini, karena makrifat kepada Tuhan.
Jadi ilmu membuat pandangan kita tentang kehidupan ini lebih dalam.
Pun ketika kita menghadiri kajian ilmu, kita bersilaturahim (menjalin ikatan tali persaudaraan sesama muslim) dimana bersilaturahim itu memperpanjang usia kita. Makna terdalam akan membuat jiwa kita lebih bersemangat karena bertemu dengan orang-orang yang shalih. Saling menghubungkan tali kasih sayang akan membuat hidup kita bahagia. Sebagaimana Allah menciptakan kita menurut fitrah, sebagai makhluk sosial, maka kita harus membuka diri untuk bersosialisasi. Jika kita mengurung diri, bak burung dalam sangkar sama artinya kita menyalahi fitrah kita sebagai manusia, sehingga terjadilah ketidakseimbangan dalam jiwa kita yang membuat kita tak bahagia.
2. Mengamalkan ilmu
Ilmu yang kita timba, tentunya harus kita amalkan, sebagaimana Allah berfirman bahwa Ia menilai hamba-Nya berdasarkan keimanan dan amal shalih yang kita lakukan. Ilmu yang tidak kita amalkan bagaikan tubuh yang tak memiliki ruh. Jiwanya kosong (hampa). Pun di dalam Al Qur’an, orang yang mempunyai ilmu, tetapi ia tidak mengamalkannya diumpamakan seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. (QS. Al Jumuah, 62:5)
Namun sebaliknya, ilmu yang kita amalkan akan membuat kita bersemangat dalam hidup ini. Pada dasarnya, amal shalih yang kita lakukan itu merupakan buah dari keimanan, dimana gerakan itu didorong oleh adanya iman yang mantap di dalam hati.
“Sesungguhnya barangsiapa yang mengamalkan apa yang telah ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya sesuatu yang tidak ia ketahui.”
Almarhum Buya HAMKA berkata dalam tafsirnya, jika kita beramal shalih di masa hidup, namun setelah kita tiada, kenangan tentang kita tetap hidup dalam waktu lama. Terkadang, kenangan itu hidup lebih lama daripada masa hidup jasmani kita sendiri. Dan sebagai mukmin kita percaya bahwa di sisi Allah amalan yang kita tinggalkan itulah kekayaan yang akan kita hadapkan ke hadirat Ilahi. Sebab itu tidaklah akan sia-sia umur ini.
3. Membaginya atau mendakwahkannya.
Sesungguhnya ilmu itu akan berkembang jika kita mau membagikannya. Setiap kita mempunyai sudut pandang tertentu tentang sesuatu, jika kita membaginya maka pemahaman orang yang mendengarkannya, jika didiskusikannya kembali kepada kita akan membuat sudut pandang itu semakin berkembang dan wawasan keilmuan kita semakin bertambah.
4. Menjalani proses itu dengan sabar sebagaimana firman Allah:
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr, 103:3)
Ya, kita harus sabar dalam menimba dan menebar ilmu. Di dalam Al Qur’an banyak diterangkan bahwa kesabaran hanya dapat dicapai oleh orang yang kuat jiwanya. (Lihat QS. Fushilat, 41:35)
Namun Sahabat, jikalau kesemuanya itu telah dijalani, tetapi mengapa semangat hidup masih juga belum membara? Belakangan ini saya menemukan kuncinya, bahwa bukankah ayat pertama yang diturunkan-Nya, Allah berfirman:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (QS. Al Alaq, 96:1)
Ya, Allah mengakhiri firman-Nya dengan menyatakan bahwa Allah Maha Mencipta. Sebagaimana Ia menciptakan kita dengan segala keunikan dan keistimewaannya. Allah terus menciptakan hamba-hamba-Nya yang baru. Apa maknanya? Allah mendidik kita untuk mencipta, berkreasi dengan segala potensi yang ada; dengan akal kita mampu berfikir untuk terus mencipta, berkarya, berkreasi, menemukan hal-hal baru dalam kehidupan ini sehingga hidup kita tidak monoton dan tidak jenuh. Melainkan hidup lebih bersemangat dan bergairah.
Allah mengajarkan kita dalam proses penciptaan-Nya, tidaklah langsung jadi saja, melainkan berproses, sehingga dengan proses itu jadilah kita semua dengan segala keindahannya. Hal ini menyadarkan kita, setiap usaha yang kita lakukan untuk menciptakan suatu perubahan atau karya yang baik haruslah dilakukan dengan bertahap, dan kita harus sabar menjalani prosesnya.
Hidup adalah gerak. Gerak itu adalah maju! Ya, kita harus maju menciptakan perubahan kearah kebaikan. Terus memikirkan cara baru dalam segala sesuatu; Seperti jika kita seorang penulis, kita lebih kreatif untuk menciptakan karya-karya yang lebih baik dan bermanfaat. Jika kita seorang guru, kita akan berusaha menciptakan metode-metode terbaru dalam mengajar hingga mahasiswa lebih bergairah untuk belajar. Atau siapapun kita, jika setiap kita berusaha terus berkarya, terciptalah lapangan usaha baru yang sungguh luar biasa dan kehidupan ini lebih indah dan berwarna.
Jadi, tunggu apalagi? Mari kita bersama bergerak menciptakan perubahan kebaikan, jangan biarkan bumi Allah ini diisi mereka yang terus berkarya namun membawa kemaksiatan. Bukankah Allah menciptakan kita untuk menjadi pemimpin di bumi ini?

Rabu, 05 Desember 2012

Kata kata bijak hari ini


Kata kata bijak hari ini…selamat membaca..

·         Ketika seseorang berusaha menjauhi hidupmu, biarkanlah. Kepergian dia hanya membuka pintu bagi seseorang yang lebih baik tuk masuk.
·         Kadang masalah adalah sahabat terbaikmu. Mereka buatmu jadi lebih kuat, dan buatmu menempatkan Tuhan di sisimu yang paling dekat. 
·         Jangan yakinkan diri bahwa dia menyukaimu, hanya karena dia bersikap manis padamu. Kadang kamu hanya sebuah pilihan ketika dia bosan.
·         Jangan pernah meremehkan diri sendiri. Jika kamu tak bahagia dengan hidupmu, perbaiki apa yang salah, dan teruslah melangkah.
·         Jangan membenci mereka yang mengatakan hal buruk tuk menjatuhkanmu, karena merekalah yang buatmu semakin kuat setiap hari.
·         Terkadang, kamu berpikir seseorang telah berubah tanpa kamu menyadari hal itu terjadi karena dia mulai bersikap dewasa.
·         Sesuatu yang menyenangkan bagaimana seseorang mampu membuatmu tersenyum, hanya dengan memikirkan dirinya. Happy
·         Jadi dirimu sendiri agar ketika seseorang mencintai, kamu tak perlu takut jika dia akan temukan dirimu bukan orang yang ingin dia cintai.
·         Perasaan yang paling berbahaya adalah iri, karena iri hati melahirkan kebencian dan kebencian akan membunuhmu perlahan.
·         Tak peduli seperti apa hidupmu, kamu selalu punya pilihan untuk melihat dari sisi baiknya atau sisi buruknya.
·         Hanya karena seseorang terlihat kuat di hadapanmu, tak berarti dia bisa begitu kuat ketika tanpamu.
·         Jangan selalu katakan "masih ada waktu" atau "nanti saja". Lakukan segera, gunakan waktumu dengan bijak.
·         Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, namun jika digunakan dengan baik, sekali saja cukup!
·         Hidup ini bukan hanya mencari yang terbaik, namun lebih kepada menerima kenyataan bahwa kamu adalah kamu. Jadi dirimu sendiri.
·         Orang yang bijak adalah yang tahu siapa yang harus dia percaya. Orang yang lebih bijak adalah dia yang selalu bisa dipercaya.
·         Sadarilah, mengeluh tidak menyelesaikan apapun. Mengeluh hanya akan menambah beban dihati. Berhentilah mengeluh, segera bertindak!
·         Jangan jadikan kegagalan kemarin sebagai penghambat hari ini. Semangat untuk membuat hari esok lebih baik, melalui hari ini.
·         Perbuatan adalah cerminan isi hati. Jika hati dipenuhi kebaikan, maka sikap dan tindakan akan baik, pun sebaliknya.




Minggu, 02 Desember 2012

MAKALAH SABAR


MAKALAH SABAR
BAB  I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang

Kita semua tahu bahwa ada orang yang mudah merasa jengkel, yang mudah kehilangan kesabaran dan mudah marah. Di dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang, menunggu seseorang bisa menjadi sangat menjengkelkan. Kita hidup di dalam masyarakat yang menginginkan kesenangan instan di mana ketidaksabaran, ketidaktoleransian, sensistif yang berlebihan dan kemarahan yang impulsive menjadi begitu lazim.

Kesabaran memberikan sebuah contoh yang Ilahi bagi orang lain. Di dalam jaman yang penuh dengan pengharapan instan dan tekanan, kesabaran kita terhadap orang lain memisahkan kita dari dunia ini. Mengembangkan kesabaran demi menghasilkan kehidupan yang berbuah dengan terus berhubungan dengan Tuhan, Hal ini membutuhkan usaha dari diri kita dan kerjasama dengan apa yang Tuhan akan lakukan. Seseorang bisa menjadi sabar jika dia memahami apa yang sedang terjadi di dalam situasi tertentu. Ketidak-tahuan menghasilkan ketidaksabaran.

Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Sabar” sehingga kita dapat mengetahui bagaimana sabar yang sebenarnya.

1.2.    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1.    Apakah makna sabar itu ?
2.    Bagaimana sabar menurut Islam, Al-Quran, dan Hadits ?
3.    Dalil-dalil apa sajakah yang menyangkut tentang sabar ?

1.3.    Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1)    Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian sabar.
2)    Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam pembagian sabar.

1.4.    Kegunaan / Manfaat

Pembuatan makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua, yaitu:
1.    Sebagai wahana untuk menambah wawasan kita.
2.    Sebagai sumber informasi untuk pembuatan makalah selanjutnya.


BAB  II
PEMBAHASAN

2.1.    Makna Sabar

Sabar adalah sikap yang tahan (tidak mudah / lekas marah) terhadap cobaan yang diberikan Allah kepadanya atau kepada hamba-Nya. Sabar merupakan pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id).

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًاسورة الكهف :28

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28).

Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat kegegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengenyampingkan keinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: “Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim).

2.2.    Sabar dan Tauhid

Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala membuat sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab Bersabar dalam menghadapi takdir Allah termasuk cabang keimanan kepada Allah).

Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullahu ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini, “Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan, dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran.

Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.

Hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi larangan syari’at dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah SWT untuk menimpa hamba-hamba-Nya. Dengan demikian, ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir.

Adapun ujian dengan dibebani ajaran-ajaran agama adalah sebagaimana tercermin dalam firman Allah SWT kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “Allah ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan dirimu’.”

Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai Rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan.

Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.”

Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah, maka Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah.

Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.

Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si polan dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i.

Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut istilah syari’at sabar artinya: Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam al-Qur’an kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan”

Perkataan beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang.

Maka dengan perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan”.



2.3.    Sabar menurut Islam

àM»¨Zy_ 5bôtã $pktXqè=äzôtƒ `tBur yxn=|¹ ô`ÏB öNÍkɲ!$t/#uä öNÎgÅ_ºurør&ur öNÍkÉJ»­ƒÍhèŒur ( èps3Í´¯»n=yJø9$#ur tbqè=äzôtƒ NÍköŽn=tã `ÏiB Èe@ä. 5>$t/ ÇËÌÈ   íN»n=y /ä3øn=tæ $yJÎ/ ÷Län÷Žy9|¹ 4 zN÷èÏYsù Ót<ø)ãã Í#¤$!$# ÇËÍÈ  

 Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d : 23-24).

    Abu Thalib al-Makky mengutip sebagian perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama dari pada sabar, Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”

Sabar menurut bahasa berarti menahan dan mengekang. Di antaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi : 28,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا“<سورة الكهف :28

Dan tahanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka.”

Kebalikan sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah), sebagaimana di dalam firman Allah QS. Ibrahim : 21,

(#rãtt/ur ¬! $YèŠÏHsd tA$s)sù (#às¯»xÿyèÒ9$# tûïÏ%©#Ï9 (#ÿrçŽy9õ3tGó$# $¯RÎ) $¨Zà2 öNä3s9 $Yèt7s? ö@ygsù OçFRr& tbqãZøóB $¨Ytã ô`ÏB ÅU#xtã «!$# `ÏB &äóÓx« 4 (#qä9$s% öqs9 $uZ1yyd ª!$# öNà6»uZ÷ƒyolm; ( íä!#uqy !$uZøŠn=tã !$oYôãÌy_r& ÷Pr& $tR÷Žy9|¹ $tB $uZs9 `ÏB <ÈŠÅs¨B ÇËÊÈ  

 Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong:` Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: `Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri`.
(QS. Ibrahim : 21)

    Sabar di atas Islam

Ingatlah bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar oleh majikannya di atas padang pasir yang panas. Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya. Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan Allah.

Lihatlah keteguhan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Sa’ad bin Abi Waqqash mengatakan, “Wahai Ibu, demi Allah, andaikata ibu memiliki seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan meninggalkan agama ini…”. Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan kokoh menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.

Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta, kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami oleh salafush shalih dan para ulama pembela dakwah tauhid di masa silam.

Mereka disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua tidaklah menggoyahkan pilar keimanan mereka.
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ  
Ingatlah firman Allah ta’ala yang artinya, “ … Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim.” (QS. Ali ‘Imran  : 102).
4 `tBur È,­Gtƒ ©!$# @yèøgs ¼ã&©! %[`tøƒxC ÇËÈ   çmø%ãötƒur ô`ÏB ß]øym Ÿw Ü=Å¡tFøts 4 `tBur ö@©.uqtGtƒ n?tã «!$# uqßgsù ÿ¼çmç7ó¡ym 4
Ingatlah juga janji Allah yang artinya, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya akan Allah berikan jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (QS. Ath Thalaq : 2-3).

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya dan Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain, III/624).
2.4.    Hakikat Kesabaran

Kesabaran terdiri atas ilmu, keadaan, dan perbuatan. Ilmu diibaratkan sebuah pohon, keadaan seperti rantingnya, dan perbuatan seperti buahnya. Orang yang bersabar akan mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan sepenuh hati. Kesabaran karena ibadah akan memperoleh kebahagiaan untuk selama-lamanya.

Firman Allah SWT :
يا أيها الذين آمنوا استعينوا بالصبر والصلاة إن الله مع الصابرين
 “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Ketahuilah kiranya, bahwa sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama. Dan suatu kedudukan dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (saalikiin). Dan semua maqam agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: ma’rifah (ketetapan hati yang dalam mempunyai hadirnya wujud yang wajib adanya yang menggambarkan segala kesempurnaan), ahwal (keadaan), dan amal. Maka ma’rifah itu adalah pokok, dialah yang mewariskan ahwal, dan ahwal itu yang membuahkan amal.

Ma’rifah itu adalah seperti pohon kayu, ahwal adalah seperti ranting, dan amal seperti buah. Dan ini terdapat pada semua kedudukan para saalikiin. Seperti demikian pula sabar. Tiada akan sempurna sabar itu selain dengan ma’rifah yang mendahuluinya dan dengan ahwal yang tegak berdiri.

Adapun insan itu, maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya tanpa keinginan selain keinginan makan. Kemudian lahirlah keinginan bermain dan berhias, kemudian nafsu keinginan kawin. Dan tak ada sekali-kali pada insan pada masa kecil tersebut kekuatan sabar. Pada anak kecil itu yang ada hanyalah tentara hawa nafsu, seperti yang ada pada hewan.

Akan tetapi, Allah Ta’ala dengan kurnia-Nya dan keluasan kepemurahan-Nya, memuliakan anak Adam dan meninggikan derajat mereka dari derajat hewan-hewan. Maka Allah Ta’ala mewakilkan kepada manusia itu ketika sempurna dirinya dengan mendekati kedewasaan, dua malaikat. Yang satu memberinya petunjuk dan yang satu lagi menguatkannya. Maka berbedalah manusia itu dengan pertolongan dua malaikat tadi dari hewan-hewan.

Maka jadilah insan itu dengan sinar petunjuk, mengetahui bahwa mengikuti nafsu syahwat itu tidak disukai pada akibatnya. Akan tetapi, petunjuk itu tidaklah memadai, selama tidak ada baginya kemampuan untuk meninggalkan yang mendatangkan melarat. Lalu ia memerlukan kepada kemampuan dan kekuatan yang dapat menolakkannya kepada menyembelih nafsu syahwatnya itu. Lalu ia melawan nafsu syahwat tersebut dengan kekuatan itu. Sehingga diputuskannya permusuhan nafsu syahwat tadi darinya. Maka Allah Ta’ala mewakilkan seorang malaikat lain padanya yang membetulkannya, meneguhkannya dan menguatkannya dengan tentara yang tiada engkau dapat melihatnya. Ia memerintahkan tentara ini, untuk memerangi tentara nafsu syahwat. Maka sekali tentara ini yang lemah dan sekali ia yang kuat.

Hendaklah dipahami, bahwa peperangan itu, terjadi antara penggerak agama dan penggerak hawa nafsu. Dan peperangan antara yang dua tadi, berlaku terus menerus. Dan medan peperangan ini ialah qalb hamba.

Sumber bantuan kepada penggerak agama itu datangnya dari para malaikat, yang menolong barisan (tentara) Allah Ta’ala. Dan sumber bantuan penggerak nafsu syahwat itu, datangnya dari syaitan-syaitan yang membantu musuh-musuh Allah Ta’ala.

Maka sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama menghadapi penggerak nafsu syahwat. Kalau penggerak agama itu tetap, sehingga dapat memaksakan penggerak nafsu syahwat dan terus-menerus menantangnya, maka penggerak agama itu telah menolong tentara Allah. Dan berhubung dengan orang-orang yang sabar. Dan kalau ia tinggalkan dan lemah, sehingga ia dikalahkan oleh nafsu syahwat dan ia tidak sabar pada menolaknya, niscaya ia berhubungan dengan mengikuti syaitan-syaitan.

Jadi, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat itu adalah amal perbuatan yang dihasilkan oleh suatu ahwal, yang dinamakan sabar, yaitu tetapnya penggerak agama yang berhadapan dengan penggerak nafsu syahwat. Tetapnya penggerak agama itu adalah suatu hal yang dihasilkan oleh iman, dengan memusuhi nafsu syahwat dan melawannya, karena sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sesungguhnya semua yang tersebut itu, adalah isyarat yang mengisyaratkan kepada hal-hal yang lebih tinggi dari ilmu mu’amalah. Maka kami terangkan, bahwa telah jelas sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama pada melawan penggerak hawa nafsu. Dan perlawanan ini adalah termasuk ciri khas anak-anak Adam, karena diwakilkan kepada mereka, malaikat-malaikat yang mulia yang menuliskan amal perbuatan mereka.


2.5.    Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an

 “…Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d : 23-24).

Sabar termasuk akhlak yang paling utama yang banyak mendapat perhatian Al-Qur’an dalam surat-suratnya. Imam al-Ghazali berkata, “Allah swt menyebutkan sabar di dalam al-Qur’an lebih dari 70 tempat.”
Ibnul Qoyyim mengutip perkataan Imam Ahmad: “Sabar di dalam al-Qur’an terdapat di sekitar 90 tempat.”

Abu Thalib al-Makky mengutip sebagian perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama dari pada sabar, Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”

Sabar adalah suatu perbuatan mulia. Sabar merupakan amalan yang mengantarkan pelakunya kepada kasih sayang Allah Swt.

Sabar termasuk salah satu bagian keimanan. Sabar berpasangan dengan syukur. Kedua bagian keimanan ini ibarat dua sisi koin. Satu sisi adalah sabar dan satu sisi sebelahnya adalah syukur. Sebagai orang yang beriman, saat diberi cobaan atau ujian kita harus senantiasa bersabar. Begitu pula saat diberi kenikmatan dan kebahagiaan kita harus senantiasa bersyukur.

Orang yang diberi cobaan dan ujian harus senantiasa bersabar karena sabar merupakan kunci dari segala persoalan. Sifat sabar harus senantiasa melekat pada diri kita selama hidup di dunia. Orang sabar akan mendapatkan balasan pahala di sisi Allah SWT.

Firman Allah berikut.
    “Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersabar.”(QS. An-Nahl: 96)
    “Seseungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).

Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1.    Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah/2 : 153, "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS. Ali Imran/3: 200, An-Nahl/16: 127, Al-Anfaal/8: 46, Yunus/10:109, Hud/11: 115 dsb.
2.    Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"
3.    Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah/2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."
4.    Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5.    Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. Al-Anfaal/8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
6.    Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (Ar-Ra’d/13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."

Inilah diantara gambaran Al-Qur'an mengenai kesabaran.

    Macam-macam Sabar Dalam al-Qur’an

Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami oleh orang mengenai kata sabar. Imam Al-Ghazali berkata, “Bahwa sabar itu ada dua; pertama bersifat badani (fisik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yang berat atau sakit yang kronis. Yang kedua adalah al-shabru Al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu.

Bentuk kesabaran ini (non fisik) beraneka macam:
1.    Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat perut dan kemaluan disebut iffah.
2.    Jika di dalam musibah, secara singkat disebut sabar, kebalikannya adalah keluh kesah.
3.  Jika sabar di dalam kondisi serba berkucukupan disebut mengendalikan nafsu, kebalikannya adalah kondisi yang disebut sombong (al-bathr).
4.    Jika sabar di dalam peperangan dan pertempuran disebut syaja’ah (berani), kebalikannya adalah al-jubnu (pengecut).
5.   Jika sabar di dalam mengekang kemarahan disebut lemah lembut (al-hilmu), kebalikannya adalah tadzammur (emosional).
6.    Jika sabar dalam menyimpan perkataan disebut katum (penyimpan rahasia).
7.    Jika sabar dari kelebihan disebut zuhud, kebalikannya adalah al-hirshu (serakah).

Kebanyakan akhlak keimanan masuk ke dalam sabar, ketika pada suatu hari Rasulullah saw ditanya tentang iman, beliau menjawab: Iman adalah sabar. Sebab kesabaran merupakan pelaksanaan keimanan yang paling banyak dan paling penting. “Dan orang-orang yang sabar dalam musibah, penderitaan dan dalam peperangan mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah : 177).

Dari itu kita dapat memahami mengapa al-Qur’an menjadikan masalah sabar sebagai kebahagiaan di akhirat, tiket masuk ke surga dan sarana untuk mendapatkan sambutan para malaikat. Dalam surat Al-Insan: 12, “Dan Dia memberi balasan kepada mereka atas kesabaran mereka dengan surga dan (pakaian) sutera”. Dalam surat Ar-Ra’d : 23-24 “...Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.b Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”

2.6.    Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits

Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut:
1.    Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim).
2.    Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari).
3.    Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih).
4.    Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim).
5.    Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari).
6.    Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari).
7.    Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari).
8.    Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim).
9.    Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim).

    Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits

Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :


1.    Sabar terhadap musibah

Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim).

2.    Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.

3.    Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai

Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim).

4.    Sabar terhadap jabatan & kedudukan

Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).

5.    Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi).

6.    Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi

Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).

2.7.    Dalil-dalil Tentang Sabar

a.    Al-Quran

"Ya, (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”(Ali Imran: 125-126).

    “Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Ali Imran:120).

    “Dan jika kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat kami.” (As-Sajdah:24).

    “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10).

    “Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran:146).

    “Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal:46).

    “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (Al-Furqan:75).

    “Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.” (Al-Mukminun : 111).

    “Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan), 'Salamun 'alaykum bima shabartum' (semoga keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra'd : 23-24).

    “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Rabbnya.” (Al-Ankabut : 58-59).

    “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran : 200).

    “Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka.” (Al-Qashash : 54).

    “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Asy-Syura : 43).

    “Dan orang-orang yang sabar karena mengharapkan wajah Rabbnya.” (Ar-Ra'd : 22).

    “Bahwasanya orang-orang dari kalangan Anshar meminta (harta) kepada Rasulullah. Beliau pun memberikan kepada mereka. Kemudian mereka meminta lagi, beliaupun memberikan kepada mereka. Kemudian mereka minta lagi, maka beliaupun memberikan kepada mereka. Kemudian mereka meminta lagi, maka beliaupun memberikannya, sampai habis harta yang ada di sisinya. Beliau bersabda, "Harta apapun yang ada di sisiku, maka saya tidak akan menyimpannya dari kalian. Barangsiapa yang bersifat menahan diri, niscaya Allah akan mencukupkannya, dan barangsiapa yang merasa cukup, niscaya Allah akan mengkayakannya, dan barangsiapa yang berusaha sabar, niscaya Allah memberikan kesabaran kepadanya. Tidak ada seorangpun yang diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada sabar.” (Diriwayatkan pula oleh Muslim 1053, Abu Daud 1644, at Tirmidzi 2025, an-Nasa'i 5:95...).

    “Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah:155)

    “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az Zumar:10).

     “Mohon pertolonganlah kamu sekalian dengan sabar dan mengerjakan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah:153).

    “Sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.” (QS. Muhammad:31)


b.    Hadits

Dari Abu Malik Al Haris bin ‘Ashim Al Asy’ari ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman, Alhamdulillah itu dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, Shalat itu adalah cahaya, Shadaqah itu adalah bukti iman, sabar itu adalah pelita, dan Al Quran itu adalah hujjah (argumentasi) terhadap apa yang kamu sukai ataupun terhadap apa yang kamu tidak sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.” (HR. Muslim).

Dari Abu Sa’id Sa’d bin Malik bin Sinan Al Khudry ra bahwasannya ada beberapa orang sahabat Anshar meminta kepada Nabi Muhammad  saw maka beliau memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya sehingga habislah apa yang ada pada beliau. Ketika beliau memberikan semua apa yang ada di tangannya, beliau bersabda kepada mereka: “Apapun kebaikan yang ada padaku tidak akan aku sembunyikan pada kamu sekalian. Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya maka Allah pun akan menjaganya. Barangsiapa yang menyabarkan dirinya maka Allah pun akan memberikan kesabaran padanya. Dan seseorang itu tidak akan mendapatkan anugerah yang lebih baik atau lebih lapang melebihi kesabaran.” (HR. Bukhari Muslim).

Nabi Muhammad saw bersabda, “Memang sangat menakjubkan keadaan orang mukmin itu; karena segala urusannya sangat baik baginya dan ini tidak akan terjadi kecuali bagi seseorang yang beriman dimana bila mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka yang demikian itu sangat baik baginya, dan bila ia tertimpa kesusahan ia sabar maka yang semikian itu sangat baik baginya.” (HR. Muslim).

Dari Anas ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt berfirman: “Apabila Aku  menguji salah seorang hambaKu dengan buta kedua matanya kemudian ia sabar maka Aku akan menggantikannya dengan sorga.” (HR. Bukhari).


2.8.    Tentang Sabar

    Pentingnya Kesabaran

Agama tidak akan tegak, dan dunia tidak akan bangkit kecuali dengan sabar. Sabar adalah kebutuhan duniawi keagamaan. Tidak akan tercapai kemenangan di dunia dan kebahagaiaan di akhirat kecuali dengan sabar.

    Al-Qur’an telah mengisyaratkan pentingnya kesabaran ini. Ketika menyinggung masalah penciptaan manusia dan cobaan penderitaan yang akan dihadapinya. Dalam surat Al-Insaan : 2 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang tercampur yang Kami hendak mengujinya )dengan perintah dan larangan)”.


    Pembagian Sabar

Sabar terbagi atas empat bagian berikut :

1.    Sabar dalam Ketaatan

Setiap muslim diharuskan sabar dalam menjalankan dan melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt. Sabar dalam menjalankan ibadah pahalanya lebih besar daripada sabar dalam menghadapi musibah. Sabar seperti ini dapat dibangkitkan dengan mengingat janji Allah akan pahala yang segera turun atau yang akan datang.

Orang yang senantiasa berada dalam kesabaran seperti ini dapat mencapai derajat kedekatan kepada Allah. Jika telah mencapai tempat atau kedudukan dekat dengan Allah, orang tersebut akan merasakan puncak kenikmatan serta keintiman yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal :
1)    Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
2)    Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
3)    Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.

2.    Sabar dalam Menghadapi Kemaksiatan

Sabar dalam menghadapi kemaksiatan dapat terwujud dengan menjauhkan diri dari tempat-tempat yang menjurus ke arahnya. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecenderungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan". Di samping itu, cegah dan pelihara hati agar tidak cenderung kepada hal-hal yang membawa kepada kemaksiatan. Dan sabar dalam menahan diri akan melakukan maksiat pahalanya jauh lebih besar daripada dua jenis sabar yang lainnya.

3.    Sabar dalam Mengingat Perbuatan Dosa

Dengan mengingat perbuatan dosa yang telah dilakukan dapat memacu diri agar senantiasa berbuat lebih baik. Diri merasa jijik atau cemas jika perbuatan dosa itu terulang kembali. Kesabaran seperti ini akan memuliakan pelakunya dan enggan melakukan dosa yang telah dilakukan.

4.    Sabar dalam Menghadapi Kesulitan

Kesabaran dalam menghadapi kesulitan dapat berupa penyakit atau musibah yang datang dari Allah atau kesulitan yang datang disebabkan oleh manusia. Sabar dalam menghadapi penyakit atau musibah dilakukan dengan menghindari kesedihan dan penyesalan yang berlebihan. Sabar dalam menghadapi musibah pahalanya lebih besar. Bahkan menurut AlQuran, pahalanya diberikan tanpa perhitungan : Allah memberikan pahala kepadanya tanpa perhitungan (QS.Az-Zumar 10).

Firman Allah Swt. :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan. Maka berikanlah berita gembira kepada orang-orang sabar, yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’, mereka itulah yang mendapat keberkatan sempurna dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).

5.    Sabar Dalam Menuntut Ilmu

Syaikh Nu’man mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya.

Semoga Allah merahmati Yahya bin Abi Katsir yang pernah mengatakan, “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Terkadang seseorang harus menerima gangguan dari orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang hubungannya jauh darinya, hanya karena kegiatannya menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan kecuali orang-orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari Allah.”

6.    Sabar Dalam Mengamalkan Ilmu

Syaikh Nu’man mengatakan, “Dan orang yang ingin beramal dengan ilmunya juga harus bersabar dalam menghadapi gangguan yang ada di hadapannya. Apabila dia melaksanakan ibadah kepada Allah menuruti syari’at yang diajarkan Rasulullah niscaya akan ada ahlul bida’ wal ahwaa’ yang menghalangi di hadapannya, demikian pula orang-orang bodoh yang tidak kenal agama kecuali ajaran warisan nenek moyang mereka.

Sehingga gangguan berupa ucapan harus diterimanya, dan terkadang berbentuk gangguan fisik, bahkan terkadang dengan kedua-keduanya. Dan kita sekarang ini berada di zaman di mana orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti orang yang sedang menggenggam bara api, maka cukuplah Allah sebagai penolong bagi kita, Dialah sebaik-baik penolong”

7.    Sabar Dalam Berdakwah

Syaikh Nu’man mengatakan, “Begitu pula orang yang berdakwah mengajak kepada agama Allah harus bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena sebab dakwahnya, karena di saat itu dia tengah menempati posisi sebagaimana para Rasul. Waraqah bin Naufal mengatakan kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah ada seorang pun yang datang dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu bawa melainkan pasti akan disakiti orang.”

Sehingga jika dia mengajak kepada tauhid didapatinya para da’i pengajak kesyirikan tegak di hadapannya, begitu pula para pengikut dan orang-orang yang mengenyangkan perut mereka dengan cara itu. Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As Sunnah maka akan ditemuinya para pembela bid’ah dan hawa nafsu. Begitu pula jika dia memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan ditemuinya para pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta orang-orang yang turut bergabung dengan kelompok mereka.

Mereka semua akan berusaha menghalang-halangi dakwahnya karena dia telah menghalangi mereka dari kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan yang selama ini mereka tekuni.”

8.    Sabar dan Kemenangan

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Allah ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya, “Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan Kami.” (QS. Al An’aam [6]: 34).

Semakin besar gangguan yang diterima niscaya semakin dekat pula datangnya kemenangan. Dan bukanlah pertolongan/kemenangan itu terbatas hanya pada saat seseorang (da’i) masih hidup saja sehingga dia bisa menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan tetapi yang dimaksud pertolongan itu terkadang muncul di saat sesudah kematiannya. Yaitu ketika Allah menundukkan hati-hati umat manusia sehingga menerima dakwahnya serta berpegang teguh dengannya. Sesungguhnya hal itu termasuk pertolongan yang didapatkan oleh da’i ini meskipun dia sudah mati.

Maka wajib bagi para da’i untuk bersabar dalam melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam menjalankannya. Hendaknya dia bersabar dalam menjalani agama Allah yang sedang didakwahkannya dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi rintangan dan gangguan yang menghalangi dakwahnya. Seperti para Rasul shalawatullaahi wa salaamuhu ‘alaihim. Mereka juga disakiti dengan ucapan dan perbuatan sekaligus.

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Demikianlah, tidaklah ada seorang Rasul pun yang datang sebelum mereka melainkan mereka (kaumnya) mengatakan, ‘Dia adalah tukang sihir atau orang gila’.” (QS. Adz Dzariyaat [51]: 52). Begitu juga Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap Nabi ada musuh yang berasal dari kalangan orang-orang pendosa.” (QS. Al Furqaan [25]: 31). Namun, hendaknya para da’i tabah dan bersabar dalam menghadapi itu semua…”

    Untuk dapat bersabar, agama Islam mengajarkan adab sebagai berikut :

1.    Tahan ketika menghadapi hantaman pertama. Rasulullah SAW bersabda : “Innamassabru indassad matil uulaa”. Artinya: Sabar yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman pertama.
2.    Ketika ditimpa musibah, segera mengingat Allah dan mohon ampunannya. Firman Allah: Artinya: (Orang-orang yang sabar ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata; sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya. (Al Baqarah : 156).
3.    Tidak menampakkan musibahnya kepada orang lain, seperti yang dicontohkan oleh istri Abu Talkhah (Ummu Sulaim) ketika ditinggal mati anaknya. (dikisahkan dalam hadis Riwayat Muslim).
4.    Sabar menghadapi semua cobaan dengan ikhlas kepada Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsy: Hambaku yang mukmin, yang bersabar dengan pasrah kepadaKu ketika kekasihnya Aku panggil kembali (mati), kepadanya tak ada balasan yang layak dari Ku selain surga. (HR. Bukhari)
    Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran

Ketidaksabaran merupakan salah satu penyakit hati, yang  harus diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah :
1.    Mengikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2.    Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3.    Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4.    Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.
5.    Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya.
6.    Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7.    Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
BAB  III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu :
1.    Sabar adalah sikap yang tahan (tidak mudah / lekas marah) terhadap cobaan yang diberikan Allah kepadanya atau kepada hamba-Nya.
2.    Sabar terbagi atas empat bagian berikut :
1.    Sabar dalam ketaatan
2.    Sabar dalam menghadapi kemaksiatan
3.    Sabar dalam mengingat perbuatan dosa
4.    Sabar dalam menghadapi kesulitan
5.    Sabar dalam menuntut ilmu
6.    Sabar dalam mengamalkan ilmu
7.    Sabar dalam berdakwah
8.    Sabar dan kemenangan

3.2.    Saran

Pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar dalam hidupnya. Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itu, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. 2010. Kutipan Ayat Al-Quran Tentang Sabar. http:// www.
          anneahira.com
Aisyah. 2010. Dalil - Dalil Tentang Sabar. http://filekajianku.blogspot.com
Aisyah. 2010. Kiat Sabar Dalam Islam. http://aisyahkusnadi.multiply.com
Daffawwaz, Ummina. 2010. Sabar. http://sanyfamily.blogspot.com
Epriya, Aulia. 2010. Sabar Menurut Al-Quran. http://tarbiyahweekly.
          wordpress.com
Herry. 2010. Sabar Adalah Gerbang Segala Kebaikan. http://suluk.
          blogsome.com
Islami, Atoskub Under. 2010. Sabar Kunci Kecerdasan Emosi. http://
          atoksub.wordpress.com
Maulan, Riska, Lc. M.Ag.. 2010. Makna Sabar. http://www.eramuslim.com
Sari. 2010. Dalil Sabar. http://cahyaislam.wordpress.com
Wahyudi, Abu Mushlih Ari. 2010. Hakikat Sabar. http://muslim.or.id