MAKALAH SABAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kita semua tahu bahwa
ada orang yang mudah merasa jengkel, yang mudah kehilangan kesabaran dan mudah
marah. Di dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang, menunggu seseorang
bisa menjadi sangat menjengkelkan. Kita hidup di dalam masyarakat yang
menginginkan kesenangan instan di mana ketidaksabaran, ketidaktoleransian,
sensistif yang berlebihan dan kemarahan yang impulsive menjadi begitu lazim.
Kesabaran memberikan
sebuah contoh yang Ilahi bagi orang lain. Di dalam jaman yang penuh dengan
pengharapan instan dan tekanan, kesabaran kita terhadap orang lain memisahkan
kita dari dunia ini. Mengembangkan kesabaran demi menghasilkan kehidupan yang
berbuah dengan terus berhubungan dengan Tuhan, Hal ini membutuhkan usaha dari
diri kita dan kerjasama dengan apa yang Tuhan akan lakukan. Seseorang bisa
menjadi sabar jika dia memahami apa yang sedang terjadi di dalam situasi
tertentu. Ketidak-tahuan menghasilkan ketidaksabaran.
Maka dari itu, dalam
makalah ini kami akan membahas tentang “Sabar” sehingga kita dapat mengetahui
bagaimana sabar yang sebenarnya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Apakah makna sabar itu ?
2. Bagaimana sabar menurut Islam, Al-Quran, dan
Hadits ?
3. Dalil-dalil apa sajakah yang menyangkut
tentang sabar ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini, yaitu :
1) Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian
sabar.
2) Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam
pembagian sabar.
1.4. Kegunaan / Manfaat
Pembuatan makalah ini
dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua, yaitu:
1. Sebagai wahana untuk menambah wawasan kita.
2. Sebagai sumber informasi untuk pembuatan
makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Makna Sabar
Sabar adalah sikap
yang tahan (tidak mudah / lekas marah) terhadap cobaan yang diberikan Allah
kepadanya atau kepada hamba-Nya. Sabar merupakan pilar kebahagiaan seorang
hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan,
konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam
cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman
laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak
ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id).
Sabar merupakan
sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam
bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk
infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti
menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam
Al-Qur'an:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم
بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ
زِينَةَ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا
قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا. سورة الكهف :28
“
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati
Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(QS. Al-Kahfi/ 18 : 28).
Perintah untuk
bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’
dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap
keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari
keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari
mengingat Allah SWT.
Sedangkan dari segi
istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat kegegundahan dan rasa emosi,
kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari
perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman
mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya
dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas,
bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur'an dan
Sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak
mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran
untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran
untuk berjuang dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW
memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah
memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata
(perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk
mengenyampingkan keinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai,
bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan
untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari
dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.
Dari Suhaib ra, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang
beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu
tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: “Yaitu jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan
yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR.
Muslim).
2.2. Sabar dan Tauhid
Syaikh Al Imam Al
Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala membuat
sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah,
ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab Bersabar dalam menghadapi takdir Allah
termasuk cabang keimanan kepada Allah).
Syaikh Shalih bin
Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullahu ta’ala mengatakan dalam penjelasannya
tentang bab yang sangat berfaedah ini, “Sabar tergolong perkara yang menempati
kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang
sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan, dan tindakan
anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi
tanpa kesabaran.
Hal ini dikarenakan
ibadah merupakan perintah syari’at (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa
larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa
ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya
dia mau bersabar ketika menghadapinya.
Hakikat penghambaan
adalah tunduk melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi larangan syari’at
dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu
ujian oleh Allah SWT untuk menimpa hamba-hamba-Nya. Dengan demikian, ujian itu
bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir.
Adapun ujian dengan
dibebani ajaran-ajaran agama adalah sebagaimana tercermin dalam firman Allah
SWT kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi
riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda “Allah ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya Aku
mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan
dirimu’.”
Maka hakikat
pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan
adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada
dengan diutusnya beliau sebagai Rasul ialah dengan bentuk perintah dan
larangan.
Untuk melaksanakan
berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan
berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi
keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal
kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar
terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat
dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.”
Karena amat
sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah, maka
Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal
itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian
dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh
hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah.
Ungkapan rasa marah
dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala
mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah
beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib
dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal itu
beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka menjalankan
ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.
Secara bahasa sabar
artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si
polan dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan
atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan
demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i.
Ia disebut sebagai
sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah,
menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak
mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain
dan semacamnya. Maka menurut istilah syari’at sabar artinya: Menahan lisan dari
mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan
kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.
Imam Ahmad
rahimahullah berkata, “Di dalam al-Qur’an kata sabar disebutkan dalam 90 tempat
lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab
orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya
kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang
menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan”
Perkataan beliau “Bab
Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: salah satu ciri
karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi
takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana
kekufuran juga bercabang-cabang.
Maka dengan perkataan
“Minal imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk
salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi
mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang
kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah
sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan
yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan”.
2.3. Sabar menurut Islam
àM»¨Zy_ 5bôtã $pktXqè=äzôt `tBur yxn=|¹ ô`ÏB öNÍkɲ!$t/#uä öNÎgÅ_ºurør&ur öNÍkÉJ»Íhèur ( èps3Í´¯»n=yJø9$#ur tbqè=äzôt NÍkön=tã `ÏiB Èe@ä. 5>$t/ ÇËÌÈ íN»n=y /ä3øn=tæ $yJÎ/ ÷Län÷y9|¹ 4 zN÷èÏYsù Ót<ø)ãã Í#¤$!$# ÇËÍÈ
“Dan
para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil
mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d : 23-24).
Abu Thalib al-Makky mengutip sebagian
perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama dari pada sabar, Allah telah
menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak mengetahui
sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”
Sabar menurut bahasa
berarti menahan dan mengekang. Di antaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi : 28,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم
بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ
زِينَةَ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا
قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا“<سورة الكهف
:28
“Dan
tahanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di
senja hari dengan mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling
dari mereka.”
Kebalikan sabar
adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah), sebagaimana di dalam firman Allah QS.
Ibrahim : 21,
(#rãtt/ur ¬! $YèÏHsd tA$s)sù (#às¯»xÿyèÒ9$# tûïÏ%©#Ï9 (#ÿrçy9õ3tGó$# $¯RÎ) $¨Zà2 öNä3s9 $Yèt7s? ö@ygsù OçFRr& tbqãZøóB $¨Ytã ô`ÏB ÅU#xtã «!$# `ÏB &äóÓx« 4 (#qä9$s% öqs9 $uZ1yyd ª!$# öNà6»uZ÷yolm; ( íä!#uqy !$uZøn=tã !$oYôãÌy_r& ÷Pr& $tR÷y9|¹ $tB $uZs9 `ÏB <ÈÅs¨B ÇËÊÈ
“Dan
mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah,
lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong:`
Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu
menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka
menjawab: `Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat
memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah
bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri`.
(QS. Ibrahim : 21)
Sabar di atas Islam
Ingatlah bagaimana
kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap berpegang teguh dengan
Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar oleh majikannya di
atas padang pasir yang panas. Ingatlah bagaimana siksaan tidak
berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya. Ibunya
Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah
pertama yang syahid di jalan Allah.
Lihatlah keteguhan
Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk
meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan
tidak mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Sa’ad bin Abi
Waqqash mengatakan, “Wahai Ibu, demi Allah, andaikata ibu memiliki seratus
nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan meninggalkan
agama ini…”. Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan
kokoh menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.
Saudaraku, ketahuilah
sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa
kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta, kehilangan tempat
tinggal atau kekurangan bahan makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada
cobaan yang dialami oleh salafush shalih dan para ulama pembela dakwah tauhid
di masa silam.
Mereka disakiti,
diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang
dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai
meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua tidaklah menggoyahkan
pilar keimanan mereka.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? wur ¨ûèòqèÿsC wÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ
Ingatlah firman Allah
ta’ala yang artinya, “ … Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan sebagai seorang muslim.” (QS. Ali ‘Imran : 102).
4
`tBur
È,Gt
©!$#
@yèøgs
¼ã&©!
%[`tøxC
ÇËÈ çmø%ãötur
ô`ÏB
ß]øym
w
Ü=Å¡tFøts
4
`tBur
ö@©.uqtGt
n?tã
«!$#
uqßgsù
ÿ¼çmç7ó¡ym
4
Ingatlah juga janji
Allah yang artinya, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya akan Allah
berikan jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki kepadanya dari jalan yang
tidak disangka-sangka.” (QS. Ath Thalaq : 2-3).
Disebutkan dalam
sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah,
sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama
kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada
kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya dan Al Haakim dalam Mustadrak
‘ala Shahihain, III/624).
2.4. Hakikat Kesabaran
Kesabaran terdiri
atas ilmu, keadaan, dan perbuatan. Ilmu diibaratkan sebuah pohon, keadaan
seperti rantingnya, dan perbuatan seperti buahnya. Orang yang bersabar akan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan sepenuh hati. Kesabaran karena ibadah
akan memperoleh kebahagiaan untuk selama-lamanya.
Firman Allah SWT :
يا أيها الذين آمنوا استعينوا بالصبر والصلاة إن الله
مع الصابرين
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Ketahuilah kiranya,
bahwa sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama. Dan suatu
kedudukan dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (saalikiin).
Dan semua maqam agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: ma’rifah
(ketetapan hati yang dalam mempunyai hadirnya wujud yang wajib adanya yang
menggambarkan segala kesempurnaan), ahwal (keadaan), dan amal. Maka ma’rifah
itu adalah pokok, dialah yang mewariskan ahwal, dan ahwal itu yang membuahkan
amal.
Ma’rifah itu adalah
seperti pohon kayu, ahwal adalah seperti ranting, dan amal seperti buah. Dan
ini terdapat pada semua kedudukan para saalikiin. Seperti demikian pula sabar.
Tiada akan sempurna sabar itu selain dengan ma’rifah yang mendahuluinya dan
dengan ahwal yang tegak berdiri.
Adapun insan itu,
maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya tanpa keinginan
selain keinginan makan. Kemudian lahirlah keinginan bermain dan berhias,
kemudian nafsu keinginan kawin. Dan tak ada sekali-kali pada insan pada masa
kecil tersebut kekuatan sabar. Pada anak kecil itu yang ada hanyalah tentara
hawa nafsu, seperti yang ada pada hewan.
Akan tetapi, Allah
Ta’ala dengan kurnia-Nya dan keluasan kepemurahan-Nya, memuliakan anak Adam dan
meninggikan derajat mereka dari derajat hewan-hewan. Maka Allah Ta’ala
mewakilkan kepada manusia itu ketika sempurna dirinya dengan mendekati
kedewasaan, dua malaikat. Yang satu memberinya petunjuk dan yang satu lagi
menguatkannya. Maka berbedalah manusia itu dengan pertolongan dua malaikat tadi
dari hewan-hewan.
Maka jadilah insan
itu dengan sinar petunjuk, mengetahui bahwa mengikuti nafsu syahwat itu tidak
disukai pada akibatnya. Akan tetapi, petunjuk itu tidaklah memadai, selama
tidak ada baginya kemampuan untuk meninggalkan yang mendatangkan melarat. Lalu
ia memerlukan kepada kemampuan dan kekuatan yang dapat menolakkannya kepada
menyembelih nafsu syahwatnya itu. Lalu ia melawan nafsu syahwat tersebut dengan
kekuatan itu. Sehingga diputuskannya permusuhan nafsu syahwat tadi darinya.
Maka Allah Ta’ala mewakilkan seorang malaikat lain padanya yang membetulkannya,
meneguhkannya dan menguatkannya dengan tentara yang tiada engkau dapat
melihatnya. Ia memerintahkan tentara ini, untuk memerangi tentara nafsu
syahwat. Maka sekali tentara ini yang lemah dan sekali ia yang kuat.
Hendaklah dipahami,
bahwa peperangan itu, terjadi antara penggerak agama dan penggerak hawa nafsu.
Dan peperangan antara yang dua tadi, berlaku terus menerus. Dan medan
peperangan ini ialah qalb hamba.
Sumber bantuan kepada
penggerak agama itu datangnya dari para malaikat, yang menolong barisan
(tentara) Allah Ta’ala. Dan sumber bantuan penggerak nafsu syahwat itu,
datangnya dari syaitan-syaitan yang membantu musuh-musuh Allah Ta’ala.
Maka sabar itu adalah
ibarat dari tetapnya penggerak agama menghadapi penggerak nafsu syahwat. Kalau
penggerak agama itu tetap, sehingga dapat memaksakan penggerak nafsu syahwat
dan terus-menerus menantangnya, maka penggerak agama itu telah menolong tentara
Allah. Dan berhubung dengan orang-orang yang sabar. Dan kalau ia tinggalkan dan
lemah, sehingga ia dikalahkan oleh nafsu syahwat dan ia tidak sabar pada
menolaknya, niscaya ia berhubungan dengan mengikuti syaitan-syaitan.
Jadi, meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat itu adalah amal perbuatan
yang dihasilkan oleh suatu ahwal, yang dinamakan sabar, yaitu tetapnya
penggerak agama yang berhadapan dengan penggerak nafsu syahwat. Tetapnya
penggerak agama itu adalah suatu hal yang dihasilkan oleh iman, dengan memusuhi
nafsu syahwat dan melawannya, karena sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Sesungguhnya semua
yang tersebut itu, adalah isyarat yang mengisyaratkan kepada hal-hal yang lebih
tinggi dari ilmu mu’amalah. Maka kami terangkan, bahwa telah jelas sabar itu
adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama pada melawan penggerak hawa nafsu.
Dan perlawanan ini adalah termasuk ciri khas anak-anak Adam, karena diwakilkan
kepada mereka, malaikat-malaikat yang mulia yang menuliskan amal perbuatan
mereka.
2.5. Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam
Al-Qur'an
“…Dan
para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil
mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d : 23-24).
Sabar termasuk akhlak
yang paling utama yang banyak mendapat perhatian Al-Qur’an dalam
surat-suratnya. Imam al-Ghazali berkata, “Allah swt menyebutkan sabar di dalam
al-Qur’an lebih dari 70 tempat.”
Ibnul Qoyyim mengutip
perkataan Imam Ahmad: “Sabar di dalam al-Qur’an terdapat di sekitar 90 tempat.”
Abu Thalib al-Makky
mengutip sebagian perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama dari pada
sabar, Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami
tidak mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”
Sabar adalah suatu
perbuatan mulia. Sabar merupakan amalan yang mengantarkan pelakunya kepada
kasih sayang Allah Swt.
Sabar termasuk salah
satu bagian keimanan. Sabar berpasangan dengan syukur. Kedua bagian keimanan
ini ibarat dua sisi koin. Satu sisi adalah sabar dan satu sisi sebelahnya
adalah syukur. Sebagai orang yang beriman, saat diberi cobaan atau ujian kita
harus senantiasa bersabar. Begitu pula saat diberi kenikmatan dan kebahagiaan
kita harus senantiasa bersyukur.
Orang yang diberi
cobaan dan ujian harus senantiasa bersabar karena sabar merupakan kunci dari
segala persoalan. Sifat sabar harus senantiasa melekat pada diri kita selama
hidup di dunia. Orang sabar akan mendapatkan balasan pahala di sisi Allah SWT.
Firman Allah berikut.
“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersabar.”(QS. An-Nahl: 96)
“Seseungguhnya hanya orang-orang bersabarlah
yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).
Dalam al-Qur'an
banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri
secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang
menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini
menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan
kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan
sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini
sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah/2 : 153, "Hai orang-orang
yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Ayat-ayat lainnya yang
serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an.
Diantaranya adalah dalam QS. Ali Imran/3: 200, An-Nahl/16: 127, Al-Anfaal/8:
46, Yunus/10:109, Hud/11: 115 dsb.
2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak
sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka
bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar,
sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah/2: 177: "…dan orang-orang
yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang
bertaqwa."
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang
sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah
mencintai orang-orang yang sabar."
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang
sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar.
Allah berfirman (QS. Al-Anfaal/8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena
sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah
mengatakan dalam al-Qur'an (Ar-Ra’d/13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang
mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari
bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat
masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan):
"Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas
kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan
itu."
Inilah diantara
gambaran Al-Qur'an mengenai kesabaran.
Macam-macam Sabar Dalam al-Qur’an
Aspek kesabaran
sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami oleh orang mengenai
kata sabar. Imam Al-Ghazali berkata, “Bahwa sabar itu ada dua; pertama bersifat
badani (fisik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yang
berat atau sakit yang kronis. Yang kedua adalah al-shabru Al-Nafsi (kesabaran
moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu.
Bentuk kesabaran ini
(non fisik) beraneka macam:
1. Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat
perut dan kemaluan disebut iffah.
2. Jika di dalam musibah, secara singkat
disebut sabar, kebalikannya adalah keluh kesah.
3. Jika sabar di dalam kondisi serba
berkucukupan disebut mengendalikan nafsu, kebalikannya adalah kondisi yang
disebut sombong (al-bathr).
4. Jika sabar di dalam peperangan dan
pertempuran disebut syaja’ah (berani), kebalikannya adalah al-jubnu (pengecut).
5. Jika sabar di dalam mengekang kemarahan
disebut lemah lembut (al-hilmu), kebalikannya adalah tadzammur (emosional).
6. Jika sabar dalam menyimpan perkataan
disebut katum (penyimpan rahasia).
7. Jika sabar dari kelebihan disebut zuhud,
kebalikannya adalah al-hirshu (serakah).
Kebanyakan akhlak
keimanan masuk ke dalam sabar, ketika pada suatu hari Rasulullah saw ditanya
tentang iman, beliau menjawab: Iman adalah sabar. Sebab kesabaran merupakan
pelaksanaan keimanan yang paling banyak dan paling penting. “Dan orang-orang
yang sabar dalam musibah, penderitaan dan dalam peperangan mereka itulah
orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”
(QS. Al-Baqarah : 177).
Dari itu kita dapat
memahami mengapa al-Qur’an menjadikan masalah sabar sebagai kebahagiaan di
akhirat, tiket masuk ke surga dan sarana untuk mendapatkan sambutan para
malaikat. Dalam surat Al-Insan: 12, “Dan Dia memberi balasan kepada mereka atas
kesabaran mereka dengan surga dan (pakaian) sutera”. Dalam surat Ar-Ra’d :
23-24 “...Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu
(sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.b Maka
alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”
2.6. Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam
Hadits
Sebagaimana dalam
al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang
menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi
mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits
tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut:
1. Kesabaran merupakan "dhiya' "
(cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu
menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran
merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim).
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu
diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan:
"…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka
Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari).
3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang
paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu
diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran."
(Muttafaqun Alaih).
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat
sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah;
"Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya
adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia
mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa
musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
adalah baik baginya." (HR. Muslim).
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan
pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata,
bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman,
"Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar,
maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari).
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu
Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud
berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah
seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap
darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena
sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari).
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat.
Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra
berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang
pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya
ketika marah." (HR. Bukhari).
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa.
Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan,
sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang
menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal
tersebut." (HR. Bukhari & Muslim).
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana
seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya
memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah
memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah
SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian
karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya,
hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu
lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik
bagiku." (HR. Bukhari Muslim).
Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang
Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits
Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan
aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar.
Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang
kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai
motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya.
Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :
1. Sabar terhadap musibah
Sabar terhadap
musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang.
Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits
diriwayatkan, dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW
melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian
Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita
tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak
mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian
diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah
Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak
mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku
tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda,
‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim).
2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam
berjihad).
Dalam sebuah riwayat,
Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika
kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.
3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak
disukai
Dalam sebuah riwayat
digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak
disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari
jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian
jahiliyah. (HR. Muslim).
4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan
Dalam sebuah riwayat
digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata
kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan)
si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW
bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap
orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga
kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).
5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi
dengan masyarakat
Dalam sebuah hadits
diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi
dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih
baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta
tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi).
6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan
ekonomi
Dalam sebuah riwayat
digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya,
maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR.
Turmudzi).
2.7. Dalil-dalil Tentang Sabar
a. Al-Quran
"Ya, (cukup),
jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan
seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang
memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan
sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya.
Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.”(Ali Imran: 125-126).
“Dan jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.”
(Ali Imran:120).
“Dan jika kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat kami.” (As-Sajdah:24).
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10).
“Dan
Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran:146).
“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal:46).
“Mereka itulah orang-orang yang dibalas
dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka, dan mereka
disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (Al-Furqan:75).
“Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada
mereka di hari ini, karena kesabaran mereka, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang menang.” (Al-Mukminun : 111).
“Sedang malaikat-malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan), 'Salamun 'alaykum
bima shabartum' (semoga keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra'd : 23-24).
“Dan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh, sesungguhnya
akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah
sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan
bertawakkal kepada Rabbnya.” (Al-Ankabut : 58-59).
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah
kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan
negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran :
200).
“Mereka itu diberi pahala dua kali
disebabkan kesabaran mereka.” (Al-Qashash : 54).
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan
sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”
(Asy-Syura : 43).
“Dan orang-orang yang sabar karena
mengharapkan wajah Rabbnya.” (Ar-Ra'd : 22).
“Bahwasanya orang-orang dari kalangan
Anshar meminta (harta) kepada Rasulullah. Beliau pun memberikan kepada mereka.
Kemudian mereka meminta lagi, beliaupun memberikan kepada mereka. Kemudian
mereka minta lagi, maka beliaupun memberikan kepada mereka. Kemudian mereka
meminta lagi, maka beliaupun memberikannya, sampai habis harta yang ada di
sisinya. Beliau bersabda, "Harta apapun yang ada di sisiku, maka saya
tidak akan menyimpannya dari kalian. Barangsiapa yang bersifat menahan diri,
niscaya Allah akan mencukupkannya, dan barangsiapa yang merasa cukup, niscaya
Allah akan mengkayakannya, dan barangsiapa yang berusaha sabar, niscaya Allah memberikan
kesabaran kepadanya. Tidak ada seorangpun yang diberikan pemberian yang lebih
baik dan lebih luas daripada sabar.” (Diriwayatkan pula oleh Muslim 1053, Abu
Daud 1644, at Tirmidzi 2025, an-Nasa'i 5:95...).
“Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada
kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al
Baqarah:155)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az Zumar:10).
“Mohon pertolonganlah kamu sekalian dengan
sabar dan mengerjakan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.” (QS. Al Baqarah:153).
“Sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu
sekalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjuang dan orang-orang yang
sabar di antara kamu sekalian.” (QS. Muhammad:31)
b. Hadits
Dari Abu Malik Al
Haris bin ‘Ashim Al Asy’ari ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Suci adalah
sebagian dari iman, Alhamdulillah itu dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan
Alhamdulillah itu dapat memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, Shalat
itu adalah cahaya, Shadaqah itu adalah bukti iman, sabar itu adalah pelita, dan
Al Quran itu adalah hujjah (argumentasi) terhadap apa yang kamu sukai ataupun
terhadap apa yang kamu tidak sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual
dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.”
(HR. Muslim).
Dari Abu Sa’id Sa’d
bin Malik bin Sinan Al Khudry ra bahwasannya ada beberapa orang sahabat Anshar
meminta kepada Nabi Muhammad saw maka
beliau memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya
sehingga habislah apa yang ada pada beliau. Ketika beliau memberikan semua apa
yang ada di tangannya, beliau bersabda kepada mereka: “Apapun kebaikan yang ada
padaku tidak akan aku sembunyikan pada kamu sekalian. Barangsiapa yang menjaga
kehormatan dirinya maka Allah pun akan menjaganya. Barangsiapa yang menyabarkan
dirinya maka Allah pun akan memberikan kesabaran padanya. Dan seseorang itu
tidak akan mendapatkan anugerah yang lebih baik atau lebih lapang melebihi
kesabaran.” (HR. Bukhari Muslim).
Nabi Muhammad saw
bersabda, “Memang sangat menakjubkan keadaan orang mukmin itu; karena segala
urusannya sangat baik baginya dan ini tidak akan terjadi kecuali bagi seseorang
yang beriman dimana bila mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka yang demikian
itu sangat baik baginya, dan bila ia tertimpa kesusahan ia sabar maka yang
semikian itu sangat baik baginya.” (HR. Muslim).
Dari Anas ra berkata,
saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt berfirman:
“Apabila Aku menguji salah seorang
hambaKu dengan buta kedua matanya kemudian ia sabar maka Aku akan
menggantikannya dengan sorga.” (HR. Bukhari).
2.8. Tentang Sabar
Pentingnya Kesabaran
Agama tidak akan
tegak, dan dunia tidak akan bangkit kecuali dengan sabar. Sabar adalah
kebutuhan duniawi keagamaan. Tidak akan tercapai kemenangan di dunia dan
kebahagaiaan di akhirat kecuali dengan sabar.
Al-Qur’an telah mengisyaratkan pentingnya
kesabaran ini. Ketika menyinggung masalah penciptaan manusia dan cobaan
penderitaan yang akan dihadapinya. Dalam surat Al-Insaan : 2 “Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari setetes mani yang tercampur yang Kami hendak
mengujinya )dengan perintah dan larangan)”.
Pembagian Sabar
Sabar terbagi atas
empat bagian berikut :
1. Sabar dalam Ketaatan
Setiap muslim
diharuskan sabar dalam menjalankan dan melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt.
Sabar dalam menjalankan ibadah pahalanya lebih besar daripada sabar dalam
menghadapi musibah. Sabar seperti ini dapat dibangkitkan dengan mengingat janji
Allah akan pahala yang segera turun atau yang akan datang.
Orang yang senantiasa
berada dalam kesabaran seperti ini dapat mencapai derajat kedekatan kepada
Allah. Jika telah mencapai tempat atau kedudukan dekat dengan Allah, orang
tersebut akan merasakan puncak kenikmatan serta keintiman yang tak dapat
dijelaskan dengan kata-kata. Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran
dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal :
1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah
berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi
duri-duri riya'.
2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar
jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak
malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan
ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya
diketahui atau dipuji orang lain.
2. Sabar dalam Menghadapi Kemaksiatan
Sabar dalam
menghadapi kemaksiatan dapat terwujud dengan menjauhkan diri dari tempat-tempat
yang menjurus ke arahnya. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran
yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan,
seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb.
Karena kecenderungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan
"menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang
"menyenangkan". Di samping itu, cegah dan pelihara hati agar tidak
cenderung kepada hal-hal yang membawa kepada kemaksiatan. Dan sabar dalam
menahan diri akan melakukan maksiat pahalanya jauh lebih besar daripada dua
jenis sabar yang lainnya.
3. Sabar dalam Mengingat Perbuatan Dosa
Dengan mengingat
perbuatan dosa yang telah dilakukan dapat memacu diri agar senantiasa berbuat
lebih baik. Diri merasa jijik atau cemas jika perbuatan dosa itu terulang
kembali. Kesabaran seperti ini akan memuliakan pelakunya dan enggan melakukan
dosa yang telah dilakukan.
4. Sabar dalam Menghadapi Kesulitan
Kesabaran dalam
menghadapi kesulitan dapat berupa penyakit atau musibah yang datang dari Allah
atau kesulitan yang datang disebabkan oleh manusia. Sabar dalam menghadapi
penyakit atau musibah dilakukan dengan menghindari kesedihan dan penyesalan
yang berlebihan. Sabar dalam menghadapi musibah pahalanya lebih besar. Bahkan
menurut AlQuran, pahalanya diberikan tanpa perhitungan : Allah memberikan
pahala kepadanya tanpa perhitungan (QS.Az-Zumar 10).
Firman Allah Swt. :
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan,
kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan. Maka berikanlah berita gembira
kepada orang-orang sabar, yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un’, mereka itulah yang mendapat keberkatan
sempurna dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).
5. Sabar Dalam Menuntut Ilmu
Syaikh Nu’man
mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang
berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar,
kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga dia harus
bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian,
mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain
sebagainya.
Semoga Allah
merahmati Yahya bin Abi Katsir yang pernah mengatakan, “Ilmu itu tidak akan
didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam
shahih Imam Muslim. Terkadang seseorang harus menerima gangguan dari
orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang hubungannya jauh
darinya, hanya karena kegiatannya menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan
kecuali orang-orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari Allah.”
6. Sabar Dalam Mengamalkan Ilmu
Syaikh Nu’man
mengatakan, “Dan orang yang ingin beramal dengan ilmunya juga harus bersabar
dalam menghadapi gangguan yang ada di hadapannya. Apabila dia melaksanakan ibadah
kepada Allah menuruti syari’at yang diajarkan Rasulullah niscaya akan ada ahlul
bida’ wal ahwaa’ yang menghalangi di hadapannya, demikian pula orang-orang
bodoh yang tidak kenal agama kecuali ajaran warisan nenek moyang mereka.
Sehingga gangguan berupa
ucapan harus diterimanya, dan terkadang berbentuk gangguan fisik, bahkan
terkadang dengan kedua-keduanya. Dan kita sekarang ini berada di zaman di mana
orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti orang yang sedang
menggenggam bara api, maka cukuplah Allah sebagai penolong bagi kita, Dialah
sebaik-baik penolong”
7. Sabar Dalam Berdakwah
Syaikh Nu’man
mengatakan, “Begitu pula orang yang berdakwah mengajak kepada agama Allah harus
bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena sebab dakwahnya, karena di saat
itu dia tengah menempati posisi sebagaimana para Rasul. Waraqah bin Naufal
mengatakan kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah ada
seorang pun yang datang dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu bawa
melainkan pasti akan disakiti orang.”
Sehingga jika dia
mengajak kepada tauhid didapatinya para da’i pengajak kesyirikan tegak di
hadapannya, begitu pula para pengikut dan orang-orang yang mengenyangkan perut
mereka dengan cara itu. Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As Sunnah
maka akan ditemuinya para pembela bid’ah dan hawa nafsu. Begitu pula jika dia
memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan ditemuinya para
pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta orang-orang yang turut bergabung
dengan kelompok mereka.
Mereka semua akan
berusaha menghalang-halangi dakwahnya karena dia telah menghalangi mereka dari
kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan yang selama ini mereka tekuni.”
8. Sabar dan Kemenangan
Syaikh Muhammad bin
Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Allah ta’ala berfirman kepada
Nabi-Nya, “Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun
bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai
tibalah pertolongan Kami.” (QS. Al An’aam [6]: 34).
Semakin besar
gangguan yang diterima niscaya semakin dekat pula datangnya kemenangan. Dan
bukanlah pertolongan/kemenangan itu terbatas hanya pada saat seseorang (da’i)
masih hidup saja sehingga dia bisa menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan
tetapi yang dimaksud pertolongan itu terkadang muncul di saat sesudah
kematiannya. Yaitu ketika Allah menundukkan hati-hati umat manusia sehingga
menerima dakwahnya serta berpegang teguh dengannya. Sesungguhnya hal itu
termasuk pertolongan yang didapatkan oleh da’i ini meskipun dia sudah mati.
Maka wajib bagi para
da’i untuk bersabar dalam melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam
menjalankannya. Hendaknya dia bersabar dalam menjalani agama Allah yang sedang
didakwahkannya dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi rintangan dan
gangguan yang menghalangi dakwahnya. Seperti para Rasul shalawatullaahi wa
salaamuhu ‘alaihim. Mereka juga disakiti dengan ucapan dan perbuatan sekaligus.
Allah ta’ala
berfirman yang artinya, “Demikianlah, tidaklah ada seorang Rasul pun yang
datang sebelum mereka melainkan mereka (kaumnya) mengatakan, ‘Dia adalah tukang
sihir atau orang gila’.” (QS. Adz Dzariyaat [51]: 52). Begitu juga Allah ‘azza
wa jalla berfirman, “Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap Nabi ada musuh
yang berasal dari kalangan orang-orang pendosa.” (QS. Al Furqaan [25]: 31).
Namun, hendaknya para da’i tabah dan bersabar dalam menghadapi itu semua…”
Untuk dapat bersabar, agama Islam
mengajarkan adab sebagai berikut :
1. Tahan ketika menghadapi hantaman pertama.
Rasulullah SAW bersabda : “Innamassabru indassad matil uulaa”. Artinya: Sabar
yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman pertama.
2. Ketika ditimpa musibah, segera mengingat
Allah dan mohon ampunannya. Firman Allah: Artinya: (Orang-orang yang sabar
ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata; sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya. (Al Baqarah : 156).
3. Tidak menampakkan musibahnya kepada orang
lain, seperti yang dicontohkan oleh istri Abu Talkhah (Ummu Sulaim) ketika
ditinggal mati anaknya. (dikisahkan dalam hadis Riwayat Muslim).
4. Sabar menghadapi semua cobaan dengan ikhlas
kepada Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsy: Hambaku yang mukmin, yang
bersabar dengan pasrah kepadaKu ketika kekasihnya Aku panggil kembali (mati),
kepadanya tak ada balasan yang layak dari Ku selain surga. (HR. Bukhari)
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran
merupakan salah satu penyakit hati, yang
harus diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki
dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang
tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan
ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna
meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah :
1. Mengikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa
ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan
sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca)
al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal
lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna
yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam
kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa
merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati
dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus
dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang
dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan
keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti
malas, marah, kikir, dsb.
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di
dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna.
Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk
menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa
sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya,
dan bukan melihat pada hasilnya.
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk
sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah
dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian
melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para
sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan
menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan
dari makalah ini, yaitu :
1. Sabar adalah sikap yang tahan (tidak mudah
/ lekas marah) terhadap cobaan yang diberikan Allah kepadanya atau kepada
hamba-Nya.
2. Sabar terbagi atas empat bagian berikut :
1. Sabar dalam ketaatan
2. Sabar dalam menghadapi kemaksiatan
3. Sabar dalam mengingat perbuatan dosa
4. Sabar dalam menghadapi kesulitan
5. Sabar dalam menuntut ilmu
6. Sabar dalam mengamalkan ilmu
7. Sabar dalam berdakwah
8. Sabar dan kemenangan
3.2. Saran
Pada dasarnya manusia
memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar dalam hidupnya. Sabar tidak
identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik
dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah
kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena
itu, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya
Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di
jalan-Nya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. 2010.
Kutipan Ayat Al-Quran Tentang Sabar. http:// www.
anneahira.com
Aisyah. 2010. Dalil -
Dalil Tentang Sabar. http://filekajianku.blogspot.com
Aisyah. 2010. Kiat
Sabar Dalam Islam. http://aisyahkusnadi.multiply.com
Daffawwaz, Ummina.
2010. Sabar. http://sanyfamily.blogspot.com
Epriya, Aulia. 2010.
Sabar Menurut Al-Quran. http://tarbiyahweekly.
wordpress.com
Herry. 2010. Sabar
Adalah Gerbang Segala Kebaikan. http://suluk.
blogsome.com
Islami, Atoskub Under.
2010. Sabar Kunci Kecerdasan Emosi. http://
atoksub.wordpress.com
Maulan, Riska, Lc.
M.Ag.. 2010. Makna Sabar. http://www.eramuslim.com
Sari. 2010. Dalil
Sabar. http://cahyaislam.wordpress.com
Wahyudi, Abu Mushlih
Ari. 2010. Hakikat Sabar. http://muslim.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar