Oleh Ratna Dewi Idrus
Penulis Buku Bahagianya Menjadi
Istri
Pernahkah Sahabat merasakan
perasaan sedih yang datang tiba-tiba? kurang bergairah atau bersemangat, hingga
memuncak menjadi putus asa, ibarat hidup segan mati tak mau?…
Sungguh semua itu tak pernah kita
kehendaki merasuki tubuh, dan sungguh kita telah mengerti bahwa kehidupan ini
adalah anugerah terindah yang Allah berikan. Namun seakan nasihat itu bagai
tetesan embun yang tak mampu menghilangkan dahaga jiwa kita. Jika coba untuk
meneliti, banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kondisi seperti ini.
Itulah yang dinamakan saat
lemahnya iman. Iman seseorang bisa naik dan bisa turun, sehingga cara untuk
mengatasinya agar kondisi keimanan ini berada dalam kondisi pulih atau kembali
membaik adalah; 1. Dengan menghadiri kajian ilmu.
Dengan menghadiri kajian ilmu,
otomatis kita akan memperoleh ilmu. Di samping itu kita bisa mendapatkan ilmu
dari buku dengan membaca, sebagaimana ayat pertama Allah menyuruh kita membaca
agar kita menjadi orang yang berilmu.
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan, (QS. Al Alaq, 96:1)
Perintah membaca itu diulangi-Nya
kembali di ayat 3, suatu tanda bahwa umat Islam wajib mencari ilmu yakni ilmu
tentang dunia dan akhirat.
Almarhum Buya HAMKA dalam tafsir
Al Azharnya menyatakan, Kita diwajibkan untuk selalu mengasah budi dan melatih
pikiran kita, supaya mendapat percikan dari ilmu Allah. Bertambahnya ilmu akan
menambah kuatnya iman, dan iman yang kuat akan menambah baiknya dan tingginya
mutu amalan. Karena itu dengan cahaya iman, kita mendapat pengetahuan tentang
tingginya nilai hidup ini, karena makrifat kepada Tuhan.
Jadi ilmu membuat pandangan kita
tentang kehidupan ini lebih dalam.
Pun ketika kita menghadiri kajian
ilmu, kita bersilaturahim (menjalin ikatan tali persaudaraan sesama muslim)
dimana bersilaturahim itu memperpanjang usia kita. Makna terdalam akan membuat
jiwa kita lebih bersemangat karena bertemu dengan orang-orang yang shalih.
Saling menghubungkan tali kasih sayang akan membuat hidup kita bahagia.
Sebagaimana Allah menciptakan kita menurut fitrah, sebagai makhluk sosial, maka
kita harus membuka diri untuk bersosialisasi. Jika kita mengurung diri, bak
burung dalam sangkar sama artinya kita menyalahi fitrah kita sebagai manusia,
sehingga terjadilah ketidakseimbangan dalam jiwa kita yang membuat kita tak
bahagia.
2. Mengamalkan ilmu
Ilmu yang kita timba, tentunya
harus kita amalkan, sebagaimana Allah berfirman bahwa Ia menilai hamba-Nya
berdasarkan keimanan dan amal shalih yang kita lakukan. Ilmu yang tidak kita
amalkan bagaikan tubuh yang tak memiliki ruh. Jiwanya kosong (hampa). Pun di
dalam Al Qur’an, orang yang mempunyai ilmu, tetapi ia tidak mengamalkannya
diumpamakan seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. (QS. Al
Jumuah, 62:5)
Namun sebaliknya, ilmu yang kita
amalkan akan membuat kita bersemangat dalam hidup ini. Pada dasarnya, amal
shalih yang kita lakukan itu merupakan buah dari keimanan, dimana gerakan itu
didorong oleh adanya iman yang mantap di dalam hati.
“Sesungguhnya barangsiapa yang
mengamalkan apa yang telah ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya
sesuatu yang tidak ia ketahui.”
Almarhum Buya HAMKA berkata dalam
tafsirnya, jika kita beramal shalih di masa hidup, namun setelah kita tiada,
kenangan tentang kita tetap hidup dalam waktu lama. Terkadang, kenangan itu hidup
lebih lama daripada masa hidup jasmani kita sendiri. Dan sebagai mukmin kita
percaya bahwa di sisi Allah amalan yang kita tinggalkan itulah kekayaan yang
akan kita hadapkan ke hadirat Ilahi. Sebab itu tidaklah akan sia-sia umur ini.
3. Membaginya atau mendakwahkannya.
Sesungguhnya ilmu itu akan
berkembang jika kita mau membagikannya. Setiap kita mempunyai sudut pandang
tertentu tentang sesuatu, jika kita membaginya maka pemahaman orang yang
mendengarkannya, jika didiskusikannya kembali kepada kita akan membuat sudut
pandang itu semakin berkembang dan wawasan keilmuan kita semakin bertambah.
4. Menjalani proses itu dengan
sabar sebagaimana firman Allah:
orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr, 103:3)
Ya, kita harus sabar dalam
menimba dan menebar ilmu. Di dalam Al Qur’an banyak diterangkan bahwa kesabaran
hanya dapat dicapai oleh orang yang kuat jiwanya. (Lihat QS. Fushilat, 41:35)
Namun Sahabat, jikalau kesemuanya
itu telah dijalani, tetapi mengapa semangat hidup masih juga belum membara?
Belakangan ini saya menemukan kuncinya, bahwa bukankah ayat pertama yang
diturunkan-Nya, Allah berfirman:
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan, (QS. Al Alaq, 96:1)
Ya, Allah mengakhiri firman-Nya
dengan menyatakan bahwa Allah Maha Mencipta. Sebagaimana Ia menciptakan kita
dengan segala keunikan dan keistimewaannya. Allah terus menciptakan
hamba-hamba-Nya yang baru. Apa maknanya? Allah mendidik kita untuk mencipta,
berkreasi dengan segala potensi yang ada; dengan akal kita mampu berfikir untuk
terus mencipta, berkarya, berkreasi, menemukan hal-hal baru dalam kehidupan ini
sehingga hidup kita tidak monoton dan tidak jenuh. Melainkan hidup lebih
bersemangat dan bergairah.
Allah mengajarkan kita dalam
proses penciptaan-Nya, tidaklah langsung jadi saja, melainkan berproses,
sehingga dengan proses itu jadilah kita semua dengan segala keindahannya. Hal
ini menyadarkan kita, setiap usaha yang kita lakukan untuk menciptakan suatu
perubahan atau karya yang baik haruslah dilakukan dengan bertahap, dan kita
harus sabar menjalani prosesnya.
Hidup adalah gerak. Gerak itu
adalah maju! Ya, kita harus maju menciptakan perubahan kearah kebaikan. Terus
memikirkan cara baru dalam segala sesuatu; Seperti jika kita seorang penulis,
kita lebih kreatif untuk menciptakan karya-karya yang lebih baik dan
bermanfaat. Jika kita seorang guru, kita akan berusaha menciptakan
metode-metode terbaru dalam mengajar hingga mahasiswa lebih bergairah untuk
belajar. Atau siapapun kita, jika setiap kita berusaha terus berkarya,
terciptalah lapangan usaha baru yang sungguh luar biasa dan kehidupan ini lebih
indah dan berwarna.
Jadi, tunggu apalagi? Mari kita
bersama bergerak menciptakan perubahan kebaikan, jangan biarkan bumi Allah ini
diisi mereka yang terus berkarya namun membawa kemaksiatan. Bukankah Allah
menciptakan kita untuk menjadi pemimpin di bumi ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar