indah.hati

Jumat, 07 Desember 2012

Agar hidup mempunyai arti


Oleh Ratna Dewi Idrus
Penulis Buku Bahagianya Menjadi Istri
Pernahkah Sahabat merasakan perasaan sedih yang datang tiba-tiba? kurang bergairah atau bersemangat, hingga memuncak menjadi putus asa, ibarat hidup segan mati tak mau?…
Sungguh semua itu tak pernah kita kehendaki merasuki tubuh, dan sungguh kita telah mengerti bahwa kehidupan ini adalah anugerah terindah yang Allah berikan. Namun seakan nasihat itu bagai tetesan embun yang tak mampu menghilangkan dahaga jiwa kita. Jika coba untuk meneliti, banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kondisi seperti ini.
Itulah yang dinamakan saat lemahnya iman. Iman seseorang bisa naik dan bisa turun, sehingga cara untuk mengatasinya agar kondisi keimanan ini berada dalam kondisi pulih atau kembali membaik adalah; 1. Dengan menghadiri kajian ilmu.
Dengan menghadiri kajian ilmu, otomatis kita akan memperoleh ilmu. Di samping itu kita bisa mendapatkan ilmu dari buku dengan membaca, sebagaimana ayat pertama Allah menyuruh kita membaca agar kita menjadi orang yang berilmu.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (QS. Al Alaq, 96:1)
Perintah membaca itu diulangi-Nya kembali di ayat 3, suatu tanda bahwa umat Islam wajib mencari ilmu yakni ilmu tentang dunia dan akhirat.
Almarhum Buya HAMKA dalam tafsir Al Azharnya menyatakan, Kita diwajibkan untuk selalu mengasah budi dan melatih pikiran kita, supaya mendapat percikan dari ilmu Allah. Bertambahnya ilmu akan menambah kuatnya iman, dan iman yang kuat akan menambah baiknya dan tingginya mutu amalan. Karena itu dengan cahaya iman, kita mendapat pengetahuan tentang tingginya nilai hidup ini, karena makrifat kepada Tuhan.
Jadi ilmu membuat pandangan kita tentang kehidupan ini lebih dalam.
Pun ketika kita menghadiri kajian ilmu, kita bersilaturahim (menjalin ikatan tali persaudaraan sesama muslim) dimana bersilaturahim itu memperpanjang usia kita. Makna terdalam akan membuat jiwa kita lebih bersemangat karena bertemu dengan orang-orang yang shalih. Saling menghubungkan tali kasih sayang akan membuat hidup kita bahagia. Sebagaimana Allah menciptakan kita menurut fitrah, sebagai makhluk sosial, maka kita harus membuka diri untuk bersosialisasi. Jika kita mengurung diri, bak burung dalam sangkar sama artinya kita menyalahi fitrah kita sebagai manusia, sehingga terjadilah ketidakseimbangan dalam jiwa kita yang membuat kita tak bahagia.
2. Mengamalkan ilmu
Ilmu yang kita timba, tentunya harus kita amalkan, sebagaimana Allah berfirman bahwa Ia menilai hamba-Nya berdasarkan keimanan dan amal shalih yang kita lakukan. Ilmu yang tidak kita amalkan bagaikan tubuh yang tak memiliki ruh. Jiwanya kosong (hampa). Pun di dalam Al Qur’an, orang yang mempunyai ilmu, tetapi ia tidak mengamalkannya diumpamakan seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. (QS. Al Jumuah, 62:5)
Namun sebaliknya, ilmu yang kita amalkan akan membuat kita bersemangat dalam hidup ini. Pada dasarnya, amal shalih yang kita lakukan itu merupakan buah dari keimanan, dimana gerakan itu didorong oleh adanya iman yang mantap di dalam hati.
“Sesungguhnya barangsiapa yang mengamalkan apa yang telah ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya sesuatu yang tidak ia ketahui.”
Almarhum Buya HAMKA berkata dalam tafsirnya, jika kita beramal shalih di masa hidup, namun setelah kita tiada, kenangan tentang kita tetap hidup dalam waktu lama. Terkadang, kenangan itu hidup lebih lama daripada masa hidup jasmani kita sendiri. Dan sebagai mukmin kita percaya bahwa di sisi Allah amalan yang kita tinggalkan itulah kekayaan yang akan kita hadapkan ke hadirat Ilahi. Sebab itu tidaklah akan sia-sia umur ini.
3. Membaginya atau mendakwahkannya.
Sesungguhnya ilmu itu akan berkembang jika kita mau membagikannya. Setiap kita mempunyai sudut pandang tertentu tentang sesuatu, jika kita membaginya maka pemahaman orang yang mendengarkannya, jika didiskusikannya kembali kepada kita akan membuat sudut pandang itu semakin berkembang dan wawasan keilmuan kita semakin bertambah.
4. Menjalani proses itu dengan sabar sebagaimana firman Allah:
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr, 103:3)
Ya, kita harus sabar dalam menimba dan menebar ilmu. Di dalam Al Qur’an banyak diterangkan bahwa kesabaran hanya dapat dicapai oleh orang yang kuat jiwanya. (Lihat QS. Fushilat, 41:35)
Namun Sahabat, jikalau kesemuanya itu telah dijalani, tetapi mengapa semangat hidup masih juga belum membara? Belakangan ini saya menemukan kuncinya, bahwa bukankah ayat pertama yang diturunkan-Nya, Allah berfirman:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (QS. Al Alaq, 96:1)
Ya, Allah mengakhiri firman-Nya dengan menyatakan bahwa Allah Maha Mencipta. Sebagaimana Ia menciptakan kita dengan segala keunikan dan keistimewaannya. Allah terus menciptakan hamba-hamba-Nya yang baru. Apa maknanya? Allah mendidik kita untuk mencipta, berkreasi dengan segala potensi yang ada; dengan akal kita mampu berfikir untuk terus mencipta, berkarya, berkreasi, menemukan hal-hal baru dalam kehidupan ini sehingga hidup kita tidak monoton dan tidak jenuh. Melainkan hidup lebih bersemangat dan bergairah.
Allah mengajarkan kita dalam proses penciptaan-Nya, tidaklah langsung jadi saja, melainkan berproses, sehingga dengan proses itu jadilah kita semua dengan segala keindahannya. Hal ini menyadarkan kita, setiap usaha yang kita lakukan untuk menciptakan suatu perubahan atau karya yang baik haruslah dilakukan dengan bertahap, dan kita harus sabar menjalani prosesnya.
Hidup adalah gerak. Gerak itu adalah maju! Ya, kita harus maju menciptakan perubahan kearah kebaikan. Terus memikirkan cara baru dalam segala sesuatu; Seperti jika kita seorang penulis, kita lebih kreatif untuk menciptakan karya-karya yang lebih baik dan bermanfaat. Jika kita seorang guru, kita akan berusaha menciptakan metode-metode terbaru dalam mengajar hingga mahasiswa lebih bergairah untuk belajar. Atau siapapun kita, jika setiap kita berusaha terus berkarya, terciptalah lapangan usaha baru yang sungguh luar biasa dan kehidupan ini lebih indah dan berwarna.
Jadi, tunggu apalagi? Mari kita bersama bergerak menciptakan perubahan kebaikan, jangan biarkan bumi Allah ini diisi mereka yang terus berkarya namun membawa kemaksiatan. Bukankah Allah menciptakan kita untuk menjadi pemimpin di bumi ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar