Oleh: Ustaz Toto Tasmara
Ibadah ritual (hablum minallah)
belumlah cukup, sehingga harus dibuktikan lagi di tengah-tengah pergaulan
dengan manusia (hablum minannas).
Kecintaan kepada Ilahi
dinyatakannya dalam bentuk penuh manfaat yang bersulam kasih kemaafan. Hatinya
akan terus-menerus diketuk sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Sehingga tampaklah akhlak keteladanan
di manapun dia berada. Di jalanan, di perkantoran, di lorong-lorong sempit,
bahkan di dalam rumah tangganya telah tegak disiplin untuk menghargai orang
lain.
Di jalanan, dia tidak akan
melanggar rambu-rambu lalu lintas. Sebab, pelanggaran berarti pengkhianatan
terhadap Ilahi dan nilai kemanusiaan yang telah bersepakat menaati peraturan.
Begitu juga para pegawai Muslim
akan menunjukkan akhlaknya yang mulia. Jangankan niat korupsi, untuk datang
terlambat saja jiwanya bergetar karena takut dikategorikan sebagai orang
munafik yang melanggar janji. Ini semua sebagai bentuk nyata dari aplikasi
ritual dalam bentuk akhlak pergaulan di dalam masyarakat.
Saya menyaksikan, betapa di
negara yang penduduknya mayoritas non-Muslim, bisa menjadi surga bagi penyandang
cacat. Bila di bandara ada orang yang memakai kursi roda (wheelchair), mereka
diberikan prioritas dalam segala hal.
Mereka diberi jalan dan lift
khusus. Di tempat parkir, mereka diberi ruangan khusus untuk para penyandang
cacat. Mereka sangat dihargai dan dimanusiakan.
“Orang yang berbelas kasih pasti
dikasihi yang Mahapengasih. Berbelas kasihlah kepada penghuni di bumi, niscaya
para penghuni langit akan berbelas kasih kepadamu sekalian.” (HR Abu Daud dan
Tirmidzi).
Diriwayatkan, ada seseorang yang
masuk neraka karena membiarkan kucingnya dikurung sehingga mati kelaparan. Ini
tentu sama dengan nyawa manusia. Karena itu, setiap Muslim mengemban tugas
menggiatkan kehidupan dan bukan merusak.
“Barang siapa membunuh satu nyawa
yang tak berdosa sama dengan membunuh manusia seluruhnya. Sebaliknya, bila kita
menghidupkan satu nyawa manusia sama dengan menghidupkan nyawa manusia
seluruhnya.” (QS. Al-Maidah [5]: 32).
Itulah salah satu tugas seorang
Muslim. Terdapat riwayat, Allah memerintahkan malaikat untuk memasukkan
seseorang ke surga, karena ia memberi minum seekor anjing yang kehausan. Jika
membantu hewan mendapat balasan surga, apalagi menolong sesama.
Perusahaan yang terus
menghidupkan usahanya untuk memberi lapangan kerja. Mereka itu sama dengan menghidupkan
manusia seluruhnya. Kehadiran dan keberadaannya, laksana pelita yang menerangi
jalan untuk mereka yang tersesat.
"Tidaklah seseorang itu
disebut beriman sehingga ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri.” Dalam kesempatan lain, Rasulullah bersabda, "Yang
disebut Muslim itu adalah mereka yang menyebabkan orang selamat dari lidah dan
tangannya.” Wallahu a'lam.
Redaktur: Chairul Akhmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar